Emma Poeradiredja, Tokoh Sumpah Pemuda Penyaksi Tiga Zaman

Emma Poeradiredja diantara keluarga besarnya di Bandung. P erempuan adalah darah dan nyawa sebuah peradaban bukanlah hal yang berlebihan. Adalah Emma Poeradiredja sosok wanoja asal Tanah Pasundan yang turut menjadi pelaku dan saksi berdirinya republik Indonesia dalam tiga babakan zaman ; revolusi, rezim Sukarno, hingga Suharto. Lahir dan besar dalam keluarga priyayi tidak serta merta menjadikannya sosok manja dan menerima segala keistimewaan kelas menengah feodal di zamannya. Sebagai salah editor Balai Pustaka dan Redaktur Kepala untuk bahasa Sunda pada Pustaka Rakyat, sang ayah Raden Kardata Poeradiredja dengan istri  Nyi Raden Siti Djariah  membesarkan Emma beserta saudaranya dalam lingkungan yang memprioritaskan pendidikan. Tak heran saudara Emma seperti Haley Koesna Poerairedja menyabet Community Leader dari The Ramon Magsaysay Award tahun 1962. Adil Poeradiredja saudara lainnya menjadi politikus dan Perdana Menteri Negara Pasundan pro-republiken. Sedari remaja Emma sudah akt

Kisah Lawas The Stormtroopers of Death


KISAH LAWAS : SUNDAY OLD SCHOOL THE STORMTROOPERS OF DEATH

 

New York tak diragukan lagi menciptakan banyak musik hardcore sepanjang masa, menghasilkan kelompok seperti Agnostic Front, Murphy’s Law dan Sick of It All. Tidak hanya itu, kota tersebut turut melahirkan kelompok thrashmetal terbaik seperti Nuclear Assault dan Toxik, jadi tak dapat dielakkan jikalau perpaduan dua aliran tersebut akan bertemu.

Kelompok yang kemudian dikenal membawa dua aliran ini bersama membawa kabar gembira, selalu kontroversial, Stormtroopers of Death sebut saja nama kelompok tersebut. Awalnya kelompok ini dimulai ketika gitaris kelompok Anthrax, Scott Ian, berteman dengan fan hardcore punk Billy Milano dalam sebuah kesempatan di acara legendaris CBGB, sebelum Ian memutuskan untuk menciptakan kelompok yang berpusat pada musik ciptaannya sendiri dan sekitar karakter yang diciptakan dan diberi nama, Sargent D.

Ian mengajak Milano untuk menjadi frontman kelompok ini, dan line up dikomplitkan dengan perekrutan drummer dari Anthrax, Charlie Benante, bersama pembetot bass Danny Lilker (yang juga menghabiskan sebagian waktu di Anthrax). Mereka berhasil meraih perhatian Johnny Zazula dari label Megaforce Records dengan demo mereka, “Crab Society North”, yang menampilkan tidak kurang dari enam puluh tiga lagu.

Secepatnya mereka menandatangani kontrak dengan Megaforce kemudian merancang dan merekam debut albumnya hanya dalam waktu tiga hari! Album tersebut, “Speak English Or Die”, menarik kontroversi sebab judulnya dan secara politis kurang tepat secara pelapalan, dimana Lilker akhirnya mengakui  bahwa judul memang ditulis untuk menyinggung perhatian orang. Namun, rekaman tersebut akhirnya menjadi salah satu thrash metal klasik abadii, seperti cetak biru persilangan dengan thrash metal yang menghasilkan banyak tinjauan positif, sebaik seperti perhatian pada Motorhead kala itu.

Meskipun album kedua S.O.D berjudul, “USA for S.O.D” direncanakan, kenyataannya itu tak pernah terealisasi, dan setiap personil pun kembali ke kelompok terdahulunya, sementara penyanyi Billy Milano membuat kelompok baru Method Of Destruction, yang debut albumnya diberi judul, “U.S.A for M.O.D”, ironisnya juga menghadirkan banyak lirik yang ditulis Scott Ian. Meski untuk sementara waktu setiap personil sibuk dengan Anthrax, Nuclear Assault dan M.O.D, band ini masih dikultuskan hingga akhirnya bersatu kembali untuk satu acara di The Ritz, New York pada tahun 1992, kenudian dirilis sebagai album live, "Live At Budokan." 

Album penampilan langsung tersebut tidak hanya menampilkan materi mereka sendiri, tetapi juga mencakup beragam cover version musisi seperti Nirvana, Ministry of Fear, bersamaan dengan menampilkan lagu dari Method of Destruction, "Get A Job Real." Lima tahun kemudian, band bersatu kembali untuk sekali lagi, pertunjukan pertama Eropa berlangsung di Jerman dalam festival With Full Force.Tidak hanya melakukan penampilan lagi, tetapi mereka merilis album studio baru pada tahun 1999 berjudul, "Bigger Than The Devil." 

Sekali lagi, album ini berisi banyak lagu dengan lirik lucu, yang memparodikan band-band lain seperti Slayer (Seasons Of The obesitas) dan Celtic Frost (Celtic Frosted Flakes) hingga benar-benar menjadi konyol (seperti karya mereka "Monkeys Rule", "King At The King", atau "Frankenstein and His Horse").  Tapi Album ini menerima tanggapan positif dari khalayak dan kelompok ini akhirnya melakukan tur di seluruh dunia untuk mendukung rilisan tersebut, hingga menghasilkan DVD penampilan langsung, "Speak English or Live”.

Menyusul peuncuran DVD lainnya berjudul ”Kill Yourself : The Movie!”, kelompok ini akhirnya bubar setelah dilaporkan adanya konflik personal antara Scott Ian dan Billy Milano. Sebuah album puncak bernama, "Rise Of The Infidels" akhirnya dirilis pada tahun 2007, yang digambarkan sebagai "Extended E.P." dan menampilkan materi yang telah direkam sebelumnya, termasuk versi cover dari Agnostic Front dan Negative Approach, serta rekaman langsung dan banyak lagi tentang kisah ‘balada’ mereka (yang sebenarnya hanya bagian kecil dari lagu-lagu dari seorang musisi yang terkenal dengan kalimat, "You're dead!" thrown in).

Meskipun mendapat respon positif, Milano menyatakan bahwa rekaman tersebut adalah yang terakhir bagi S.O.D dan bahwa penggemar sebaiknya tidak mengharapkan reuni akan terjadi. Hari ini, Scott Ian dan Charlie Benante masih di Anthrax, Billy Milano melanjutkan Method of Destruction sampai pertunjukan terakhir di 2008, dan Danny Lilker tampil dengan beberapa band, termasuk Nuclear Assault dan Brutal Truth. Kisah tentang kelompok lawas S.O.D dan pengaruhnya terhadap perkembangan heavy metal masih dapat didengar hingga hari ini, bahkan nama-nama besar dari kancah metal modern dan hardcore mengutip mereka sebagai salah satu pengaruh, termasuk Corey Taylor dari Slipknot/Stone Sour dan Jamey Jasta dari Hatebreed dan Kingdom Of Sorrow.

 

Komentar