Emma Poeradiredja, Tokoh Sumpah Pemuda Penyaksi Tiga Zaman

Emma Poeradiredja diantara keluarga besarnya di Bandung. P erempuan adalah darah dan nyawa sebuah peradaban bukanlah hal yang berlebihan. Adalah Emma Poeradiredja sosok wanoja asal Tanah Pasundan yang turut menjadi pelaku dan saksi berdirinya republik Indonesia dalam tiga babakan zaman ; revolusi, rezim Sukarno, hingga Suharto. Lahir dan besar dalam keluarga priyayi tidak serta merta menjadikannya sosok manja dan menerima segala keistimewaan kelas menengah feodal di zamannya. Sebagai salah editor Balai Pustaka dan Redaktur Kepala untuk bahasa Sunda pada Pustaka Rakyat, sang ayah Raden Kardata Poeradiredja dengan istri  Nyi Raden Siti Djariah  membesarkan Emma beserta saudaranya dalam lingkungan yang memprioritaskan pendidikan. Tak heran saudara Emma seperti Haley Koesna Poerairedja menyabet Community Leader dari The Ramon Magsaysay Award tahun 1962. Adil Poeradiredja saudara lainnya menjadi politikus dan Perdana Menteri Negara Pasundan pro-republiken. Sedari remaja Emma sudah akt

Si Pembuat Onar, Sensasi Pencipta Pogo: Sid!

 

Kulitnya terbilang putih meski sehari-hari ia kucel. Rambutnya terkesan acak-acakkan, meski sebenarnya tipe rambutnya lurus. Di tempat-tempat pertunjukkan musik wilayah Britain-Inggris orang akan sangat mudah mengenali sosok ini karena satu hal : pembuat onar! Seluruh pertunjukkan dan konser yang melibatkan nama Sid dan The Sex Pistols dipastikan akan selalu dihadapkan dengan gelas dan botol yang bersliweran, kesulitan perijinan pihak berwenang, karena penampilan publik yang buruk di mata publik yang selalu memunculkan kerusuhan. Ini semua cap mutlak!

Kedua orang tuanya, John yang bekerja sebagai pemain trombone semi-professional di komunitas jazz dan penjaga di Istana Buckingham London dan Anne Ritchie (née McDonald) memberi nama lahir sebagus mungkin dengan harapan kelak dia akan menjadi sebagus nama yang disandangnya. Terlahir dengan nama Simon John Ritchie dari ayah kandungnya atau kemudian dikenal sebagai John Beverly sebagai nama tetap yang diambil dari ayah tirinya, sosok ini bermutasi menjadi pria yang terkenal buas di atas panggung dengan alias Sid! Sosok ini juga mengenalkan tarian kontemporer yang di kalangan pemerhati subkultur kini dikenal dengan nama tarian pogo ke komunitas sekitarnya di 100 club, salah satu klab malam di Inggris.

Tarian pogo

Dalam sebuah film besutan sang manajer pribadi, Malcolm Mclaren, yang bertitle The Filth and the fury, Sex Pistols sang bassis kontroversial tersebut mengaku bahwa dia menemukan pola tarian terkesan urakan tanpa rima tersebut dengan sebutan pogo sekitar tahun 1976. Awalnya dia berniat mengikuti irama lagu The Sex Pistols yang bagi dia ternyata sulit untuk diikuti dengan sebuah tarian teratur, lalu dia memutuskan untuk melompat kesana-kemari di sekitar pangung. Terlepas dia menemukan bentuk tarian itu atau tidak, akhirnya tarian pogo cepat dikenal dan selalu dihubungkan dengan komunitas punk rock.

Tarian pogo ini kemudian menjadi proto-tipe dan melahirkan bentuk ekspresi tari lainnya yang tumbuh-kembang dari komunitas subkultur, diantaranya, seperti stage diving (meluncur dari atas panggung seperti hendak berenang), crowd surfing (meluncur dan bertahan lama diatas kerumunan), moshing (menjejal arena panggung), dan hardcore dancing (tarian yang mirip pogo tetapi mengikuti alunan nada).

Kita bisa melihat tarian pogo yang mulanya diciptakan Sid puluhan tahun ini dari karya video klip band kenamaan seperti pada band heavy metal Pantera, Hatebreed, festival musik, event musik underground, dan lainnya. Adapun dokumentasi mutahir tentang bentuk ekspresi agresif ini terekam dalam buah karya berjudul Global Metal karya Sam Dunn, seorang antropologis dan pembuat film yang memfokuskan diri pada kultur heavy metal.

Gaya tarian pogo dapat dilakukan dengan beberapa cara. Pertama, bekukan torso atau tangan atau buang mereka sama sekali ke berbagai arah. Kedua, jaga kaki secara bersamaan atau tendanglah ke penjuru angin. Ketiga, kepalkan tangan disamping. Keempat, melompatlah kesana-kemari tanpa aturan atau berputar di udara. Intinya : bebaskan, langgar aturan.

Tarian ini memang sangat terkesan rusuh dan agresif karena melibatkan kontak fisik, tapi ada aturan tak tertulis diantara sesama untuk tidak saling menyakiti. Meskipun terkadang banyak yang terluka tapi mereka menganggap tarian ini menyenangkan dan bukan perkelahian.

Inilah satu betuk kekayaan ekpresi budaya yang lahir dari pembangkangan pakem yang sudah mapan. Sid menciptakan tarian yang melepaskan diri dari kekakuan aturan dalam menikmati eskpresi seni. Sid menciptakan tariannya sendiri, manifestasi budayanya sendiri pada zamannya hingga sekarang.

Skill Sid dinyatakan buruk!

Sid sebelumnya tergabung dalam kelompok musik punk lingkaran dalam Siouxsie and the Banshees juga The Flowers of Romance sebagai pengebuk drum. Meskipun dengan pengalaman sebagai anggota kelompok musik dari dua band terdahulu ini tidak otomatis menjadikan Sid mengantikan Matlock yang meninggalkan posisi bas pada tahun 1977 dengan mudah.

Berdasar penuturan Mclaren kemudian, "Ketika Sid bergabung dia tidak dapat bermain gitar tetapi kegilaan dia cocok dengan struktur band. Dia seperti ksatria dengan tameng yang bersinar dan kepalan tangan raksasa." "Setiap orang setuju bahwa dia hanya mempunyai tampang saja," Lyndon kemudian menyatakan secara musikalitas adalah bahasan lain. "Latihan pertama di bulan Maret 1977 dengan Sid seperti di neraka. Sid benar-benar berusaha keras dan banyak dilatih." Marco Pirroni yang telah tampil dengan Sid di Siouxsie and The Banshees, menyatakan,"Setelah itu, tidak ada hubungannya dengan musik sama sekali. Semua hanya demi sensasionalisme dan persekongkolan saja. Lalu semua menjadi cerita Malcolm McLaren saja."

Sosok penuh kontroversi itu tidak berumur senja.

Di sebuah petang, 1 Februari 1979, ada pertemuan kecil untuk sebuah perayaan yang dirayakan dirumahnya dengan kekasih baru, Michele Robinson, dimana dengan dia Sid memulai kehidupan baru setelah keluar dari Rumah Sakit Bellevue Oktober silam. Vicious telah bersih dari ketergantungan, telah melakukan detoksifikasi dari heroin selama berada di Rikers Island. Bagaimanapun, dalam perjamuan makan malam tersebut, sang ibunda mengetahui sejumlah heroin dikirimkan, berlawanan dengan keinginan kekasih baru Sid. Orang yang mengantarkan tersebut bernama Peter Kodick datang dan singgah sejenak.

Nyatanya, Sid kemudian diketahui kelebihan dosis malam selanjutnya. Semua orang yang berada disana berusaha membangunkan dan memapahnya untuk membangkitkannya kembali. Larut malam kemudian, Sid dan pacar barunya akhirnya tidur bersama. Pagi hari, Sid Vicious kemudian ditemukan tewas pada 2 Februari1979. Tragis!

Pihak rumah sakit kemudian menyatakan hasil otopsinya bahwa Sid meninggal karena kelebihan cairan dalam jantung yang penuh dengan heroin. Barang bukti berupa sendok, alat suntik, dan bubuk heroin semakin menguatkan ketika ditemukan tak jauh dari tubuhnya. Secara teori disimpulkan Sid terlalu banyak mengkonsummsi dosis hampir 100% heroin murni yang disuntukkan sebanyak tiga kali ke dalam tubuhnya sehingga membuat dia tidak sadaarkan diri bermalam-malam.

Setelah beberapa hari paska kematian tragis tersebut ibunya menemukan sebuah surat di dalam jaket milik Sid.

"We had a death pact, and I have to keep my end of the bargain. Please bury me next to my baby in my leather jacket, jeans and motorcycle boots. Goodbye."

 

Komentar