Emma Poeradiredja, Tokoh Sumpah Pemuda Penyaksi Tiga Zaman

Emma Poeradiredja diantara keluarga besarnya di Bandung. P erempuan adalah darah dan nyawa sebuah peradaban bukanlah hal yang berlebihan. Adalah Emma Poeradiredja sosok wanoja asal Tanah Pasundan yang turut menjadi pelaku dan saksi berdirinya republik Indonesia dalam tiga babakan zaman ; revolusi, rezim Sukarno, hingga Suharto. Lahir dan besar dalam keluarga priyayi tidak serta merta menjadikannya sosok manja dan menerima segala keistimewaan kelas menengah feodal di zamannya. Sebagai salah editor Balai Pustaka dan Redaktur Kepala untuk bahasa Sunda pada Pustaka Rakyat, sang ayah Raden Kardata Poeradiredja dengan istri  Nyi Raden Siti Djariah  membesarkan Emma beserta saudaranya dalam lingkungan yang memprioritaskan pendidikan. Tak heran saudara Emma seperti Haley Koesna Poerairedja menyabet Community Leader dari The Ramon Magsaysay Award tahun 1962. Adil Poeradiredja saudara lainnya menjadi politikus dan Perdana Menteri Negara Pasundan pro-republiken. Sedari remaja Emma sudah akt

Gaga, Ikon Kultur Pop


Pub atau lazim dikenal klab malam merupakan salah satu ajang kontestansi musisi baru unjuk gigi dengan karyanya maupun sekedar membawakan cover version dari musisi mancanegara dan menjadi kelompok musik home session untuk temporal.

Tapi siapa nyana banyak musisi bertalenta karena gemblengan tampil langsung diatas panggung sebuah kelab malam banyak bermunculan ke blantika musik populer. Ada Peterpan, kelompok musik pop romantis yang terilhami penyair seperti Kahlil Gibran asal bandung yang pada awal kemunculannya diproyeksikan hanya sebagai hobi waktu luang mencari uang sampingan.

Begitu juga dengan Stefani Joanne Angelina Germanotta, sosok talenta muda kelahiran 28 Maret 1986 yang sedang merajai tangga nada semacam Billboard akhir-akhir ini. Nama bekennya Lady Gaga, musisi yang bermula manggung di kelab malam kawasan Lower East Side, New York, Amerika pada awal 2003.

Berkat kegigihannya dan make up yang bombastis membawa sosok yang berusia duapuluhan ini menjadi ikon populer musik dunia. Dengan single-single dari album The Fame (rilis 19 Agustus 2008), Gaga menghibur penikmat musik pop dari Amerika, Kanada, Austria, Jerman, dan Republik Irlandia.

Just Dance dan Poker Face, co-written dan co-produced oleh RedOne, menjadi hits internasional pertama, merajai Billboard Hot 100 di Amerika dan negara lainnya. Sekaligus membawa album dan singlenya menjadi langganan top charts Billboard dan Grammy Award untuk kategori Best Electronic/Dance Album juga Best Dance Recording.

Selain didukung dengan penguasaan teknik bermusik pada spesialisasi piano sedari umur empat tahun, glamoritas Gaga yang mengingatkan kita pada sosok budaya pop dan diva dunia seperti Marilyn Monroe dan Madonna ini menjadikannya semakin cepat merembes ke benak khalayak terutama kaum hawa dengan fashion statement-nya yang selalu menyegarkan sehingga menjadi acuan perkembangan berbusana tersendiri.

Penampilan dalam balutan busana yang sesuai dengan tema lagu menyempurnakan talenta bermusik sosok muda ini. Tidak hanya dalam penampilan langsung, pengambaran citra Gaga sebagai pionir generasi baru musik dan budaya popular dunia diabadikan melalui berbagai rekaman visual video klip lagu-lagunya.

Dari David Bowie dan kelompok musik legendaris Queen sosok muda Lady Gaga mendapatkan banyak inspirasi, musik, busana, dan nama panggung. "Saya mengagumi Freddie Mercury dan Queen mempunyai sebuah hits bernama Radio Ga ga. Itulah kenapa saya menyukai nama tersebut...Freddie itu unik-Salah satu kepribadian terbesar dalam sejarah perkembangan musik pop," ujar Gaga mengenai muasal nama panggung dan musisi idolanya.

Tidak berhenti dengan popularitas yang dikenalkan lewat album The Fame saja, selanjutnya Gaga mengeluarkan album kembali dalam bentuk repackage, The Fame Monster pada 2009 yang diperpanjang dengan rangkaian tour The Monster Ball sepanjang tahun tersebut. Dengan lagu andalan Bad Romance publik semakin mengenal Lady Gaga yang kini aktif memperjuangkan kesetaraan hak bagi kaum gay dan lesbian.

Penampilan Gaga yang eksentrik dan menarik selalu menjadi perhatian media internasional seperti majalah Time pada mei 2010 mendaulat Gaga sebagai orang yang paling berpengaruh di dunia dalam peringkat tahunan bertajuk Time 100. Begitu juga pada Juni 2010, Forbes menempatkan Gaga sebagai selebritas yang paling berpengaruh di dunia di peringkat ke empat dari seratus orang dan menempati peringkat kedua sebagai musisi yang berpengaruh di dunia. Pada Oktober 2010 Forbes menempatkan Gaga pada posisi ke tujuh dalam peringkat seratus wanita yang paling berpengaruh di dunia.

Sampai Agustus 2010, kehadiran dua album Gaga mampu terjual sampai 15 juta kopi dan 51 juta single di seluruh dunia. Prestasi ini pun membawa Gaga pada posisi ke tiga sebagai artis berpengaruh pada dekade 2000-2010 versi Billboard.

Bisa diprediksikan betapa akan menyesalnya Def Jam Recordings sebagai perusahaan rekaman pertama yang mengontraknya hanya tiga bulan ketika melihat prestasi Lady Gaga kini.


Komentar