Emma Poeradiredja, Tokoh Sumpah Pemuda Penyaksi Tiga Zaman

Emma Poeradiredja diantara keluarga besarnya di Bandung. P erempuan adalah darah dan nyawa sebuah peradaban bukanlah hal yang berlebihan. Adalah Emma Poeradiredja sosok wanoja asal Tanah Pasundan yang turut menjadi pelaku dan saksi berdirinya republik Indonesia dalam tiga babakan zaman ; revolusi, rezim Sukarno, hingga Suharto. Lahir dan besar dalam keluarga priyayi tidak serta merta menjadikannya sosok manja dan menerima segala keistimewaan kelas menengah feodal di zamannya. Sebagai salah editor Balai Pustaka dan Redaktur Kepala untuk bahasa Sunda pada Pustaka Rakyat, sang ayah Raden Kardata Poeradiredja dengan istri  Nyi Raden Siti Djariah  membesarkan Emma beserta saudaranya dalam lingkungan yang memprioritaskan pendidikan. Tak heran saudara Emma seperti Haley Koesna Poerairedja menyabet Community Leader dari The Ramon Magsaysay Award tahun 1962. Adil Poeradiredja saudara lainnya menjadi politikus dan Perdana Menteri Negara Pasundan pro-republiken. Sedari remaja Emma sudah akt

The Imposible Dream, Hegemoni Phallus



Film animasi klasik yang dirilis Persatuan Bangsa-bangsa tahun 1983 ini bercerita mengenai beragam masalah yang senantiasa dihadapi para kaum perempuan dimanapun diseluruh dunia : Stereotipe dengan pekerjaan menumpuk sebagai seorang pekerja penuh, menjadi seorang istri, dan menjadi pengasuh anak.

Kita telah melihat keadaan keluarga pada umumnya dengan anak balita dan dua anak usia sekolah. Kedua orang tua bekerja diluar rumah. Dengan Kaum perempuan menempati jam kerja yang sama dengan kaum lelaki, untuk konpensasi yang kurang layak. Tetapi dibebankan dengan tambahan tanggungjawab untuk menjaga anak dan seluruh pekerjaan rumahtangga.

Film yang dirilis hampir tiga dekade lalu ini tidak hanya mencerminkan realitas yang tervisualkan di masa lalu, kisah klasik ini senantiasa menjadi kontemporer dan berlaku aktual sampai kapanpun sebelum ada paradigma terbalik (baca : pencerahan persepsi). Dimana kesetaraan gender antara lelaki dan perempuan berlaku dalam segala konteks hak dan kewajiban.

Tidak hanya di negara timur semacam Indonesia, secara keseluruhan dinegara ketiga, berkembang, bahkan negara barat yang direpresentasikan dalam animasi pendek ini pun menyiratkan kultur hegemoni patriarki secara eksplisit masih kentara. Persamaan hak dan kewajiban menjadi absurd dengan definisi re-konstruksi sosial dan konformitas konvensi masyarakat yang salah aplikasi.

Dimasa kontemporer, kaum lelaki ubersex sebagai representasi phallus dimana simbolisasi kejantanan tidak sekedar sebagai alat reproduksi tetapi resistansi terhadap pembalikkan streotip feodal masa kini akan sanggup dengan merdeka menghapus kultur domestifkasi dan leluasa untuk memasak, mencuci pakaian dan piring, menyetrika, berbelanja kebutuhan bulanan dan lain sebagainya terkecuali melahirkan, karena secara kodrati hal tersebut bukan kewajiban kaum adam. Kecuali tuhan punya kehendak lain.

 Kategori         : Film.

Jenre               : Animasi, kartun.

Produser         : PBB.

co-produced    : Dagmar Doubkova, Kratkty Films, Czechoslovakia.

Rilis                  : 1983.

Penghargaan   : Gala Opening International Film Festival, Rio de Janeiro, Brazil

Finalist American Film and Video Festival, New York, USA

Certificate Seventh International Film Festival, Espinho, Portugal.

 

Komentar