Emma Poeradiredja, Tokoh Sumpah Pemuda Penyaksi Tiga Zaman

Emma Poeradiredja diantara keluarga besarnya di Bandung. P erempuan adalah darah dan nyawa sebuah peradaban bukanlah hal yang berlebihan. Adalah Emma Poeradiredja sosok wanoja asal Tanah Pasundan yang turut menjadi pelaku dan saksi berdirinya republik Indonesia dalam tiga babakan zaman ; revolusi, rezim Sukarno, hingga Suharto. Lahir dan besar dalam keluarga priyayi tidak serta merta menjadikannya sosok manja dan menerima segala keistimewaan kelas menengah feodal di zamannya. Sebagai salah editor Balai Pustaka dan Redaktur Kepala untuk bahasa Sunda pada Pustaka Rakyat, sang ayah Raden Kardata Poeradiredja dengan istri  Nyi Raden Siti Djariah  membesarkan Emma beserta saudaranya dalam lingkungan yang memprioritaskan pendidikan. Tak heran saudara Emma seperti Haley Koesna Poerairedja menyabet Community Leader dari The Ramon Magsaysay Award tahun 1962. Adil Poeradiredja saudara lainnya menjadi politikus dan Perdana Menteri Negara Pasundan pro-republiken. Sedari remaja Emma sudah akt

Anggun C. Sasmi dan Motorhead


“Good evening…We are Motorhead, we’re playing rock and roll”, sapa Lemmy Killminster, vokalis gaek pentolan band asal Inggris itu mengawali konser mereka di Philpshalle, Dusseldorf, Jerman, 7 Desember 2004 silam.

Yup, they were playing rock and roll dude! Di usia mereka yang semakin beranjak, trio macan Lemmy Kilminster, Phil Campbell, dan Mikkey Dee membuktikan bahwa mereka adalah the diehard metalhead. Usia dan waktu bukanlah halangan bagi mereka untuk tetap berkarya dan konsisten di jalurnya.

Betapa tidak, bagi sebuah band, bertahan selama tiga puluh tahun dan mengamini musik cadas tentunya adalah satu prestasi tersendiri.

Di penampilan secara langsung tersebut mereka tetap tampil prima membawakan dua puluh lagu, dengan tembang klasik seperti No Class dan Killed By Death. Sangat gahar untuk pria seusianya. Kualitas Sound dan musikalitas yang disuguhkan pun terjaga dengan apik. Bermain sangat energik dan sempurna. They’re definetely blistering.

Pendengar setia musik rock atau cadas pada umumnya tentu tahu bahwa sebelum ada Kerry King, James Hatfield, dan band cadas seperti Iron Maiden, band ini sudah tampil galak duluan di blantika musik dunia.

Siapa yang tak pernah mendengar nama Motorhead berarti wajib mempertanyakan kembali eksistensinya sebagai pendengar musik ngak ngik ngok.

Jadi teringat Anggun C. Sasmi, “semakin tua harus semakin menjadi.”

How ‘bout you honey?


Komentar