Emma Poeradiredja, Tokoh Sumpah Pemuda Penyaksi Tiga Zaman

Emma Poeradiredja diantara keluarga besarnya di Bandung. P erempuan adalah darah dan nyawa sebuah peradaban bukanlah hal yang berlebihan. Adalah Emma Poeradiredja sosok wanoja asal Tanah Pasundan yang turut menjadi pelaku dan saksi berdirinya republik Indonesia dalam tiga babakan zaman ; revolusi, rezim Sukarno, hingga Suharto. Lahir dan besar dalam keluarga priyayi tidak serta merta menjadikannya sosok manja dan menerima segala keistimewaan kelas menengah feodal di zamannya. Sebagai salah editor Balai Pustaka dan Redaktur Kepala untuk bahasa Sunda pada Pustaka Rakyat, sang ayah Raden Kardata Poeradiredja dengan istri  Nyi Raden Siti Djariah  membesarkan Emma beserta saudaranya dalam lingkungan yang memprioritaskan pendidikan. Tak heran saudara Emma seperti Haley Koesna Poerairedja menyabet Community Leader dari The Ramon Magsaysay Award tahun 1962. Adil Poeradiredja saudara lainnya menjadi politikus dan Perdana Menteri Negara Pasundan pro-republiken. Sedari remaja Emma sudah akt

Berkibar Dengan Karya: Green Day

Jika ditanya kelompok musik mana yang masih bertahan dengan personil asli dan konsisten dengan jalur musik yang dipilihnya, kita bisa merekomendasikan salah satu nama : Green Day. Trio asal Amerika yang dibentuk akhir dekade 80-an, tepatnya 1987 ini dikomandani Billie Joe Armstrong pada vokal dan gitar, bassis sekaligus vokal latar oleh Mike Dirnt, dan Tre Cool sebagai baterai utama pengebuk drum yang memberi energi pada kelompok musik band pria yang mengklaim genre American Punk Rock.

Seperti pada umumnya kelompok musik yang biasanya lahir dari komunitas yang ada di kotanya, dari awalan hanya nongkrong dan diskusi kecilan tentang rutinitas keseharian, Green Day pun lahir demikian dari komunitas yang ada di sekitar 924 Gilman Street, Berkeley, California. Tumbuh kembang dengan kultur falsafah d.i.y (do it yourself) atau secara harfiah bisa dimaknai sesuka hati dengan lakukan-diri-sendiri segala aspek kegiatan dalam hidup. kredo atau kepercayaan untuk berdikari pun ditunjukan kelompok musik Green Day ini sebagai identitas filsafat bermusiknya.

Rilisan awal Green Day pun dikeluarkan oleh perusahaan rekaman independen bernama Lookout! Records yang menyebarkan nama mereka ke jejaring luas akar-rumpun dengan karya seperti 39/Smooth (1990), dan Kerplunk (1992). Tidak heran, dalam kurun waktu singkat ketika debut album major mereka keluar, Dookie (1994), Green Day meraih sukses dengan menjual 10 juta keping rekaman di Amerika Serikat dan sejumlah 15 juta tersebar di seluruh penjuru dunia.

Kesuksesan album tersebut membawa nama Green Day disejajarkan dengan kelompok musik asal California lainnya yang tenar dengan kualitas karya yang sudah diakui seperti The Offspring, dan Rancid yang di komandani oleh Tim Armstrong (The Overation Ivy, The Transplant), tidak hanya itu, di tahun tersebut Green Day membawa genre punk rock yang tadinya hanya menjadi konsumsi  komunitas lalu berubah menjadi konsumsi massal bersama dan populer di belahan negara Amerika.

Sepanjang kiprah sejarah Green Day hingga sekarang, hanya Dookie yang membawa kelompok ini dikenal luas pendengar musik seluruh dunia. Meski tiga album selanjutnya, Insomniac, Nimrod, dan Warning sukses merebut double platinum, double platinum, dan gold status secara terhormat. Bom popularitas ternyata terulang ketika Green Day merilis American Idiot di tahun 2004 yang dikemas ala opera lantunan punk rock masa kini. Karya yang terjual lima juta kopi dan menjadi Best Rock Album di Amerika ini juga yang menghubungkan pasukan Billie Joe dengan punk-fashion generasi sekarang. Di Album ini, Boulevard of Broken Dreams meraih penghargaan Record of the Year. Begitu juga dengan album mereka yang ke delapan, 21st Century Breakdown yang menjadi Best Rock Album kedua kalinya di tahun 2009.

Sejauh ini Green Day telah menjual 65 juta keping rekaman ke seluruh penjuru dunia, 24.5 juta diantaranya terjual di Amerika saja.

 

Komentar