Emma Poeradiredja, Tokoh Sumpah Pemuda Penyaksi Tiga Zaman

Emma Poeradiredja diantara keluarga besarnya di Bandung. P erempuan adalah darah dan nyawa sebuah peradaban bukanlah hal yang berlebihan. Adalah Emma Poeradiredja sosok wanoja asal Tanah Pasundan yang turut menjadi pelaku dan saksi berdirinya republik Indonesia dalam tiga babakan zaman ; revolusi, rezim Sukarno, hingga Suharto. Lahir dan besar dalam keluarga priyayi tidak serta merta menjadikannya sosok manja dan menerima segala keistimewaan kelas menengah feodal di zamannya. Sebagai salah editor Balai Pustaka dan Redaktur Kepala untuk bahasa Sunda pada Pustaka Rakyat, sang ayah Raden Kardata Poeradiredja dengan istri  Nyi Raden Siti Djariah  membesarkan Emma beserta saudaranya dalam lingkungan yang memprioritaskan pendidikan. Tak heran saudara Emma seperti Haley Koesna Poerairedja menyabet Community Leader dari The Ramon Magsaysay Award tahun 1962. Adil Poeradiredja saudara lainnya menjadi politikus dan Perdana Menteri Negara Pasundan pro-republiken. Sedari remaja Emma sudah akt

Kamera Saku Konversi Analog

 



Bagi yang suka berpergian seperti backpackers ada hal wajib yang harus selalu dibawa untuk menemani petualangannya, iya, rasanya kurang sreg seratus persen kalau perjalanan tanpa ditemani si kotak pelukis cahaya alias kamera. Meski ternyata dalam kenyataannya kamera bukan hanya teritori fotografer, tok. Hampir seluruh lapisan masyarakat menyadari kegunaan praktis dari momen yang telah diabadikan. Sebagai dokumentasi yang tak ternilai harganya.

Bagi yang berprofesi sebagai fotografer di sebuah advertising tentunya mengetahui betul kebutuhan primer untuk memuaskan projek kerjasama dari klien dengan visualisasi maksimal dan kualitas terbaik guna mempersuasi benak khalayak kemudian.

Pilihan bisa jatuh dengan memilih Digital Single Lens Reflex (DSLR) atau lazim disebut kamera digital saja atau yang lebih praktis dengan kamera digital tipe pocket yang mudah digunakan dan sangat portable dibawa kemanapun, murah dan berkualitas tanpa harus mencuci dan mencetak negatif film seperti kamera analog pendahulunya.

Kamera tipe compact atau dikenal dengan istilah pocket karena fleksibilitasnya ketika digunakan dan disimpan dalam saku pakaian banyak ragamnya, salah satunya LX5. Sejak pertama kali beredar dipasaran tahun 2008 dengan prototipe the Panasonic Lumix DMC-LX3 kamera ini telah merebut hati para fotografer dan mendominasi perkembangan pasar.

Tentunya fotografer mana yang tidak tertarik dengan perbandingan lebar CCD sensor 1/1.63 inchi dan lensa yang bisa mencakup jarak dengan wide 24mm dan bukaan aperture atau rana di F/n 2.0. Para pesaing seperti Samsung dan Canon telah menyapu bersih tipe seperti PowerShot S90 dan EX1 secara terhormat tetapi bagaimanapun tidak bisa mengeser Lumix dari puncaknya.

Seperti kebanyakan pemutahiran teknologi yang berlangsung cepat, minimal satu tahun produsen harus mengimbangi perbaikan fitur dan harga yang bisa dipasarkan. Begitu juga dengan kamera digital akhir ini yang hanya bertahan biasanya setahun sebelum ada produk termutakhir. Tetapi untuk Panasonic berlaku dua tahun untuk mengeser pendahulunya si LX3 dengan LX5.

Awalnya para pengemar kamera tak mengira spesifikasi yang ditawarkan karena tidak ada perubahan drastis. Pengguna sangat menanti perubahan signifikan yang dikembangkan pabrikan Panasonic itu pada sensor yang lebih besar atau bukaan rana pada F1.8 untuk menyaingi produk optik Samsung EX1 pada levelnya.

Desain LX5 tidak beda jauh dengan LX3, masih seperti asalnya ini. Perubahan hanya terjadi pada handgrip atau pegangan yang permukaannya berbahan dasar karet untuk pegangan yang lebih baik. Hal lainnya adalah jog-dial yang bisa ditekan dan mengantikan fungsi tombol sebelumnya di LX3 sehingga memudahkan penggunaan juga kontrol presisi ketika digunakan untuk mengatur setting eksposure.

Dengan tipe Lumix ini kita bisa menentukan seberapa besar area fokus. Dan fitur yang menarik adalah ketika kita mengaktifkan fungsi zoom, Anda dapat memilih focal length favorit. Terdapat juga fungsi zoom-resume yang mengatur info pengunaan focal length sebelumnya ketika menyalakan kamera.

Seperti pada tipe Lumix sebelumnya LX5 telah membuktikan akselerasi startup dan focusing. Sementara LX3 perlu waktu 2.2 detik untuk menyala, penyempurnanya LX5 hanya perlu waktu 1.5 detik. Sementara untuk kecepatan menangkap area fokus, seri terbaru LX5 tentunya lebih cepat ketimbang LX3 dengan jepretan fokus pertama pada detik 2.3.

Sementara itu Panasonic membuktikan perkembangan optiknya dengan menambah fungsi image stabilizer (IS), Power OIS, dan shone sebagai sinar pembantu. Fitur tersebut sangat berguna ketika memotret dengan cahaya rendah, kita dapat mengunakan sensitifitas ISO rendah sebab bukaan rana mencapai F2.0, ditambah IS untuk opsi penggunaan shutter yang rendah. Dengan produk baru ini Panasonic mengklaim telah meningkatkan kepekaan cahaya sebesar 31 persen.

Kecanggihan teknologi tentunya membawa manfaat banyak, zaman sekarang kita tidak perlu repot berada di ruang gelap dengan sebuah enlarger, larutan fixer dan pengembang. Cukup dengan kamera praktis penganti negatif film dan momen berharga akan terekam abadi.

Komentar