Emma Poeradiredja, Tokoh Sumpah Pemuda Penyaksi Tiga Zaman

Emma Poeradiredja diantara keluarga besarnya di Bandung. P erempuan adalah darah dan nyawa sebuah peradaban bukanlah hal yang berlebihan. Adalah Emma Poeradiredja sosok wanoja asal Tanah Pasundan yang turut menjadi pelaku dan saksi berdirinya republik Indonesia dalam tiga babakan zaman ; revolusi, rezim Sukarno, hingga Suharto. Lahir dan besar dalam keluarga priyayi tidak serta merta menjadikannya sosok manja dan menerima segala keistimewaan kelas menengah feodal di zamannya. Sebagai salah editor Balai Pustaka dan Redaktur Kepala untuk bahasa Sunda pada Pustaka Rakyat, sang ayah Raden Kardata Poeradiredja dengan istri  Nyi Raden Siti Djariah  membesarkan Emma beserta saudaranya dalam lingkungan yang memprioritaskan pendidikan. Tak heran saudara Emma seperti Haley Koesna Poerairedja menyabet Community Leader dari The Ramon Magsaysay Award tahun 1962. Adil Poeradiredja saudara lainnya menjadi politikus dan Perdana Menteri Negara Pasundan pro-republiken. Sedari remaja Emma sudah akt

Fotografi Mahir Bersama Magnum


Perkembangan fotografi menujukkan signifikansinya paska kelahiran perangkat digital. Begitu pun beriringan dengan pasar komersil atau edukasi di bidang ini. Dalam waktu dekat, salah satu agensi foto dengan spesialisasi foto jurnalisme akan mengadakan kursus mahir yang awalnya ditujukan sebagai respon terhadap perubahan alam pasar dunia fotografi.

Dalam rilis yang dikeluarkan, Magnum mengatakan, "kegiatan Magnum Professional Practice membawa arahan terpisah dalam skala luas dalam percaturan industri foto. Dengan akses kunci ke individu yang bekerja di redaksi, komersil, budaya dan industri penerbitan, Magnum menempatkan diri sebagai tempat terpercaya untuk mengantarkan fotografer generasi mendatang."

Selama akhir pekan sejumlah delapan pembicara akan menghantarkan presentasinya menurut spesialisasi masing-masing dan solusi terbaik berhubungan dengan sektor-sektor tersebut. Topik bahasan termasuk jejasing sosial dan promosi jaringan, penerbitan buku, fitur redaksi, fotografi komersil, stok foto untuk dijual, penjualan foto tercetak dan kiat berpameran.

Pembicara yang bersedia adalah Monica Allende, David Birkitt (Sunday Time), David Hurn (DMB Media), Steve Macleod (Pengajar & fotografer Magnum), Christian Payne (Metro Imaging), Michael Mack (Teknolog sosial), Steid Mack dan Chris Barwick, Fiona Rogers, & Sophie Wright (Magnum).

Kegiatan di akhir pekan kota London ini akan dilaksanakan di Ideas Tap, Woolyard, London Bridge, markas pendidikan Magnum. Rekan lama, penerbitan dan pemasaran dari Blurb boo akan menjadi tangan pengantar untuk sesi self-publishing dan akan disebar voucher diskon kepada peserta.

Untuk mengikuti kursus fotografi kelas mahir ini ada kualifikasi dan persyaratan tenrtentu yang harus dipenuhi, mengingat Magnum adalah salah satu agensi foto jurnalistik reputable. Kualifikasi yang harus dimiliki bagi peserta, diantaranya, pertama, peserta kegiatan ini bersifat terbatas dan kandidat yang berhasil akan terpilih berdasarkan area pengalaman memotretnya dan dipandang membawa benefit bagi keberlangsungan karir.

Kedua, kegiatan ini tidak ditujukan untuk pemula dan setiap peserta harus memiliki kualifikasi fotografi yang mumpuni. Tidak akan ada persoalan yang bersifat teknis yang mendasar yang akan dibahas seperti pengenalan kamera atau pengenalan ISO juga pemilihan aperture yang tepat saat meliput.

Ketiga, Magnum merekomendasikan setiap peserta yang akan memasukan lamaran kursus mahir ini telah menerbitkan atau berpameran minimal dua kali sepanjang karirnya. Hal ini menjadi salah satu pertimbangan bagi Magnum sebagai penyelengara untuk menerima dan mendidik fotografer yang berkualitas sesuai dengan karakter dan spesialisasi awal yang ditekuni foto jurnalis tersebut.

Adapun tajuk Magnum Professional Practice yang diselenggarakan 30-31 Oktober pada kesempatan 2010 Ini dikenakan biaya teknis pendukung sebesar £350 (termasuk makan siang dan snack). Bagi Anda para jurnalis foto moment ini adalah kesempatan baik untuk memutahirkan wacana fotografi jurnalistik setahap lebih maju.

Komentar