Emma Poeradiredja, Tokoh Sumpah Pemuda Penyaksi Tiga Zaman

Emma Poeradiredja diantara keluarga besarnya di Bandung. P erempuan adalah darah dan nyawa sebuah peradaban bukanlah hal yang berlebihan. Adalah Emma Poeradiredja sosok wanoja asal Tanah Pasundan yang turut menjadi pelaku dan saksi berdirinya republik Indonesia dalam tiga babakan zaman ; revolusi, rezim Sukarno, hingga Suharto. Lahir dan besar dalam keluarga priyayi tidak serta merta menjadikannya sosok manja dan menerima segala keistimewaan kelas menengah feodal di zamannya. Sebagai salah editor Balai Pustaka dan Redaktur Kepala untuk bahasa Sunda pada Pustaka Rakyat, sang ayah Raden Kardata Poeradiredja dengan istri  Nyi Raden Siti Djariah  membesarkan Emma beserta saudaranya dalam lingkungan yang memprioritaskan pendidikan. Tak heran saudara Emma seperti Haley Koesna Poerairedja menyabet Community Leader dari The Ramon Magsaysay Award tahun 1962. Adil Poeradiredja saudara lainnya menjadi politikus dan Perdana Menteri Negara Pasundan pro-republiken. Sedari remaja Emma sudah akt

Kekal, Bubar Meninggalkan Karya


Tepatnya bisa dibilang kolaborasi seni yang melibatkan tiga personil mantan pendiri kelompok musik yang mengklaim diri sebagai metal avant garde dari Jakarta, Indonesia. Hal ini untuk membantah banyak rumor yang berkembang mengenai eksistensi mereka setelah menyatakan membubarkan diri tahun 2009.

Tiga mantan personil yang tersisa seperti Jeff Arwadi (gitar, vokal, pemrograman, drum), Azhar Levi Sianturi (bass, vokal), Leo Setiawan (gitar), menyatakan kesediaanya untuk berkontribusi dalam pembuatan satu bentuk seni-paket-penuh untuk sebuah album yang akan dirilis dibawah nama bendera kelompok musik Kekal yang telah mereka tinggalkan.

Meskipun belum ada petanda mereka akan bergabung secara penuh sebagai kelompok musik dengan nama Kekal yang berdiri 1995, secara mengejutkan Jeff telah membuat materi baru. Distribusi peran dimainkan Levi pada visualisasi karya seni untuk kepentingan album, Jeff sendiri pada departemen musikalisasi, sedangkan Leo mengerjakan aransemen gitar sebanyak dua buah karya.

Tentang arahan album, Jeff menyatakan bahwa, "Setiap lagu menampilkan karakter uniknya masing-masing sebagai bentuk keseimbangan elektronis dan elemen organis, rima dan melodi, agresi dan atmosfir, kesederhanaan dan kompleksitas, keindahan dan keburukan."

Dapat dimaklumi dengan pernyataan diatas, dalam pengarapan materi barunya Kekal sebagai kekuatan trio individu mengabungkan berbagai instrumen musik mulai dari gitar, drum, sampling dari suara yang direkam, theremin, sintiser analog, vokal, vocoder, dan TR-808. Menamai bentuk kerjasama ini sebagai bentuk musik eksperimental kiranya sah saja.

Sembari menunggu finalisasi perampungan karya musik dan seni visualnya selesai trio mantan pendiri Kekal ini masih mencari perusahaan rekaman potensial untuk diajak bekerjasama meluncurkan karyanya dalam bentuk album CD dan digital dalam waktu dekat.

Sementara itu untuk mengobati rasa rindu akan karya mereka dan bentuk komunikasi terhadap penggemar, Kekal sebagai institusi atau kelompok musik sejauh hari telah membagikan karya mereka dalam format free mp3 bentuk album, diantaranya, 1000 Thoughts of Violence (2003), Acidity (2005), dan Audible Minority (2008) yang bisa diunduh secara penuh.

 

DISKOGRAFI KEKAL

Studio Full-Length Albums

—Beyond The Glimpse of Dreams (1998)

—Embrace The Dead (1999)

—The Painful Experience (2001)

—1000 Thoughts of Violence (2003)

—Acidity (2005)

—The Habit of Fire (2007)

—Audible Minority (2008)

Mini Albums & Split Albums

—Chaos & Warfare - split CD (2002)

Best-of/Collection Albums

—Introduce Us to Immortality (2003)

—Spirits from The Ancient Days (2004)

Official Demo Tape

—Contra Spiritualia Nequitiae (1996)

Komentar