Emma Poeradiredja, Tokoh Sumpah Pemuda Penyaksi Tiga Zaman

Emma Poeradiredja diantara keluarga besarnya di Bandung. P erempuan adalah darah dan nyawa sebuah peradaban bukanlah hal yang berlebihan. Adalah Emma Poeradiredja sosok wanoja asal Tanah Pasundan yang turut menjadi pelaku dan saksi berdirinya republik Indonesia dalam tiga babakan zaman ; revolusi, rezim Sukarno, hingga Suharto. Lahir dan besar dalam keluarga priyayi tidak serta merta menjadikannya sosok manja dan menerima segala keistimewaan kelas menengah feodal di zamannya. Sebagai salah editor Balai Pustaka dan Redaktur Kepala untuk bahasa Sunda pada Pustaka Rakyat, sang ayah Raden Kardata Poeradiredja dengan istri  Nyi Raden Siti Djariah  membesarkan Emma beserta saudaranya dalam lingkungan yang memprioritaskan pendidikan. Tak heran saudara Emma seperti Haley Koesna Poerairedja menyabet Community Leader dari The Ramon Magsaysay Award tahun 1962. Adil Poeradiredja saudara lainnya menjadi politikus dan Perdana Menteri Negara Pasundan pro-republiken. Sedari remaja Emma sudah akt

Tentang Budaya dan Menilik Proses Balik Layar Dunia Musik


Tak ada asap apabila tak ada api. Bisa jadi ini aksioma atau kalimat yang terbukti dengan sendirinya. Tapi bukan tentang gramatika dan falsafati saja yang akan kita bicarakan disini. Mari kita bahas tentang kebudayaan popular yang selalu menjangkiti kawula muda di berbagai belahan geografis, seperti dunia musik misalnya. Dunia yang tidak akan pernah berhenti bermetamorfosis hingga akhir zaman, mengalami perulangan dengan makmum baru.

Salah satu alasan dari bentuk ekspresi berbudaya ini lahir seiring dengan kebutuhan manusia untuk mengejewantahkan pemikiran, hasrat, karsa, dan rasa tentang keindahan, bentuk pemujaan terhadap  alam dan leluhur, hingga bentuk protes sosial pada pekabaran harfiah termutahir dalam menanggapi realitas sosial. Menyerapi dan menjalani ritus varian budaya seperti seorang seniman meyakini suara kebenaran yang bersemayam melalui karya prosa dan senandung nada dalam dunia musik bisa juga bentuk lain dari proses mensyukuri dan menafsir kehidupan sekeliling seperti layaknya manusia pra-peradaban berbicara mengenai alam dan keilahiannya dalam semasa babad dan serat.

Bersyukurlah, indera sensasi manusia merupakan salah satu medium yang terberi sebagai anugerah. Dengan beragam fungsi organ tersebut manusia diberikan kelebihan ketimbang kreasi pencipta lainnya. Bisa mendengar, melihat, berjalan, memegang dengan leluasa, berbicara, dan yang paling unggul diantaranya adalah proses berpkir dan mengapresiasi stimulus serta berkelindan bertahan menanggapi perubahan ruang zaman dari sekitar. Menyerukan inti pesan alam dan makna warisan bagi generasi lekang waktu.

Artefak-artefak peninggalan peradaban manusia sebagai bentuk lintas persilangan waktu tersebut bisa dilihat dari karya seperti grafiti di dinding gua menggunakan pewarna natural dari kekayaan alam. Makna karya umumnya bercerita tentang proses bagaimana manusia masa lalu mempertahankan hidup. Dari dunia musik, instrumen suara dari nenek moyang seperti kendang, rebana, biola, gitar, dan kekayaan suara realitas alam yang diwariskan pulalah hingga sekarang menjelma seni baru forma elektronik seperti  dentuman bebunyian sintiser dari seorang disc jokey sebuah klab malam atau coretan seni visual kontemporer syarat suara sosial seperti seniman internasional Banksy, juga lokal seperti Tembok Bomber.

Dalam konteks dunia musik kontemporer hasil budaya seperti musik hadir tidak saja sebagai proses perkembangan kebudayaan manusia zaman lalu terhadap alam dan ilahiah yang mengewantah dalam bentuk karya seni semata, ada persimpangan antara pertimbangan nilai ekonomi, ideologis, pula pesan tersirat dan tersurat. Akan tetapi proses untuk menghasilkan sebuah karya, terutama musik dalam hal ini, tidak berbeda jauh. Hanya saja medium dan moda yang digunakan lebih canggih untuk memaksimalkan hasil akhir.  Jikalau dulu cukup berkumpul dan bersenandung dalam sebuah upacara diiringi nyanyian dan bebunyian instrumentalia melodi, kini musik hadir dalam skala besar seni pertunjukkan, baik benefit maupun profit, dalam sebuah eskalasi mall dan stadium terbuka.

Kita tengok garis linimasa secara singkat dalam sebuah proses seni rekaman mutakhir. Pada awalnya metode proses karya para musisi dilakukan tidak sepraktis sekarang yang bisa mengandalkan proses copy-paste dengan mengunakan kecanggihan perangkat lunak khusus perekam audio dalam sebuah sesi rekaman karya single atau album. Proses full live track pada jalinan proses rekaman dalam dunia musik adalah moda yang paling dini dan tradisional.

Pada skema ini sebuah kelompok musisi lengkap dengan seluruh anggota dan pemain instrumen berada dalam satu ruangan penuh dan memainkan karyanya yang terlebih dahulu dipasangi mikrofon dalam studio. Dari tangkapan audio yang mengalir via kabel mikrofon suara inilah bitrase tangga nada ditangkap kemudian disimpan dalam memori pita sebelum direproduksi ulang menjadi piringan hitam atau kaset untuk dinikmati khalayak penggemar dunia musik. Tak mengherankan pada masa ini seorang musisi harus melewatkan puluhan jam bahkan tahunan rekaman dalam sebuah studio dengan perekam analog, prosesnya harus sekali shoot dan tidak ada perulangan atau sekali kecele dari nada dan notasi awal harus diulang dari semula. Ini proses yang harus dibayar untuk mencapai titik maksimal.

Lain proses mencipta karya, lain pula proses menjual karya. Setelah proses awal selesai maka giliran produser yang sudah siap sedia dengan para seniman untuk mengolah tampilan artistik, para publisis yang telah sigap dengan narasi konten musisi untuk promosi media dan pasar. Begitu juga dengan percetakan sebagai garda akhir yang mewujudkan suara karya musisi tersebut dalam tampilan fisik. Setelah tahapan ini beres maka para peritel dalam jejaring label perusahaan siap sedia mengedarkan karya tersebut secara luas. Tapi ini moda lama. Begitu proses penyebaran karya seorang musisi kepada khalayak dunia musik secara luas telah berubah.

Media penjualan dan pelayanan dunia musik berubah forma, yang dahulu konvensional bersifat hanya fisik semata kini menjalar dengan melebarkan sayap eknominya dengan penjualan konten layanan digital dalam bentuk media baru. Benefitnya, sekali musisi dan label rekaman menjalin kerjasama dengan perusahaan peritel semacam Apple iTunes atau ReverbNation maka dengan serentak karya mereka dapat dinikmati oleh segmentasi pasar yang sudah melek produk teknologi.

Meski kini penjualan produk karya para musisi dalam bentuk piringan hitam juga kaset digantikan oleh bentuk compact disk yang lebih minimalis dan ergonomis, hemat ruang dan fungsional serta kak perlu khawatir akan kehadiran si cakram digital dengan kualitas rekam yang tidak kalah sempurna maka layanan unduh konten digital bisa menjadi sinergis dengan pola lama tersebut.

Tak ayal, meski perguliran moda baru cara penjualan dalam dunia musik ini efektif hingga mendongrak 40% angka penjualan digital seperti tahun 2006 tetapi masih mempunyai dampak pada moda lama penjualan dalam era kini. Dalam sebuah laporan Reuters termutakhir, menyatakan, bahwa penjualan compact disc dunia musik di seluruh dunia turun hingga 10 persen pada tahun 2007 ketika penjualan digital hadir. Salah satu sebab turunya angka penjualan ini  karena maraknya peredaran pembajakan musik yang telah diunduh dan disebarluaskan kembali.

Badan Pengawasan Industri Rekaman Internasional (IFPI) bahkan sampai mengeluarkan pernyataan, “Menyerukan provider pelayanan musik Internet (Internet Service Provider) agar lebih bertanggungjawab terhadap penyebaran file musik ilegal dengan cara memutus akses musik yang telah sering diupload atau mencegah terjadinya download musik secara ilegal.”   

Akan tetapi dilain sisi pihak ISP selama ini merasa sungkan untuk mengambil tindakan tegas seperti tindakan Presiden Prancis Nicolas Sarkozy yang memerintahkan pemblokiran akses online untuk download musik atau film secara illegal ketika itu. Cara pemimpin Perancis ini adalah salah satu kiat dukungan Negara Prancis menghargai bisnis dan kebudayaan seperti yang pernah dinyatakan Ketua Eksekutif IFPI John Kennedy. 

Penjualan musik online global mencapai 2,9 miliar dolar AS pada 2007 dan terus merangsek hingga kini, setidaknya kenaikan 40 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Kenaikan penjualan musik dengan digital konten atau online tersebut dating tertinggi dari unduhan single yang merupakan format musik digital yang paling populer atau terdapat kenaikan 53 persen. Di negeri Paman Sam Amerika Serikat sendiri, penjualan musik online maupun mobile mencapai 30 persen dari total pendapatan industri rekaman tahun-tahun awal digital konten mulai meramaikan kancah industri dunia musik tersebut.

Komentar