Emma Poeradiredja, Tokoh Sumpah Pemuda Penyaksi Tiga Zaman

Emma Poeradiredja diantara keluarga besarnya di Bandung. P erempuan adalah darah dan nyawa sebuah peradaban bukanlah hal yang berlebihan. Adalah Emma Poeradiredja sosok wanoja asal Tanah Pasundan yang turut menjadi pelaku dan saksi berdirinya republik Indonesia dalam tiga babakan zaman ; revolusi, rezim Sukarno, hingga Suharto. Lahir dan besar dalam keluarga priyayi tidak serta merta menjadikannya sosok manja dan menerima segala keistimewaan kelas menengah feodal di zamannya. Sebagai salah editor Balai Pustaka dan Redaktur Kepala untuk bahasa Sunda pada Pustaka Rakyat, sang ayah Raden Kardata Poeradiredja dengan istri  Nyi Raden Siti Djariah  membesarkan Emma beserta saudaranya dalam lingkungan yang memprioritaskan pendidikan. Tak heran saudara Emma seperti Haley Koesna Poerairedja menyabet Community Leader dari The Ramon Magsaysay Award tahun 1962. Adil Poeradiredja saudara lainnya menjadi politikus dan Perdana Menteri Negara Pasundan pro-republiken. Sedari remaja Emma sudah akt

Warna Amy Search Bagi Indonesia



Ada individu yang luput dari peredaran musik nasional tapi memberi warna bagi perkembangan blantika musik Indonesia. Dengan rambut gondrong dan vokal khas oktaf tinggi ia pernah merajai dekade 90-an dengan single hitsnya. Berasal dari rumpun melayu yang sama, Malaysia, ia meramaikan eksistensi bermusiknya dengan kolaborasi. Yang terkenal diantaranya lagu lawas Cinta Kita (1991), Nafas Cinta, dan Jangan Pisahkan bersama Inka Christie.

Siapa yang tidak kenal dengan suara merdu melankolis Amy Search yang berjaya dengan pop rock nasional seperti Nike Ardila pada zamannya. Pendengar musik nasional generasi baru mungkin agak samar dengan nama satu ini, tapi salah satu karyanya yang dibuat dua puluh tahun lalu, Isabela, dikemas dengan aransemen segar oleh kelompok musik nasional asal Bandung yang nyaris mempunyai taste melayu sama dekade 90 lalu.

Dengan nama kelompok musik yang diambil dari akronim sebuah tempat latihan di Stasiun Hall nomer 12, Bandung, Charlie dan kelompok musiknya yang dikenal dengan ST 12 membawa kerinduan sebagian pendengar musik nasional dengan pop nuansa melayu yang mendayu.

Kepada media nasional, Kompas, Amy sendiri mengaku bangga dengan recycle salah satu karya yang memberinya banyak warna dan kenangan akan perkembangan musik Indonesia. "Hari ini masih fresh dan bahkan kemarin ST12 me-recycle. Bagi saya, itu satu kehormatan, mengimbau kembali kenangan dan itu bagus," ucapnya.

Dalam kunjungannya ke Indonesia pada April 2010 lalu guna mengisi acara musik Dahsyat RCTI di kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Amy Search menuturkan kerinduan meski kedatangannya kini tak disambut semeriah dulu, "Ada rindu, rindu sekali. Tapi tidak ada orang (dari Indonesia) jemput (undang). Kalau di sana (Malaysia), artis Indonesia yang dijemput. Kalau di sini, kami nunggu dijemput."

Suhaimi bin abdul Rahman, pria kelahiran 28 Juli 1958 ini dikenal dengan nama panggung Amy Search. Nama belakang, Search, yang melekat dipopulerkan berkat keikutsertaannya dalam sebuah kelompok band Malaysia bernama Search setelah ia mengantikan vokalis sebelumnya, Zainal.

Amy yang kemudian menganti rotasi pemimpin departemen vokal memulai debut karyanya dengan band Malaysia, Search, tersebut dalam satu karya bertajuk Cinta Buatan Malaysia yang rilis tahun 1985 lampau.

Keikutsertaan Amy dengan Search-nya selama dua puluh lima tahun dalam sejarah scene rock Malaysia sedikitnya telah menyumbangkan 16 karya bentuk album penuh. Tidak hanya di negeri jiran sana, imbas Amy menjalar hingga memberikan warna kepada industri musik nasional Indonesia, Brunei Darussalam, dan Singapura.

Komentar