Emma Poeradiredja, Tokoh Sumpah Pemuda Penyaksi Tiga Zaman

Emma Poeradiredja diantara keluarga besarnya di Bandung. P erempuan adalah darah dan nyawa sebuah peradaban bukanlah hal yang berlebihan. Adalah Emma Poeradiredja sosok wanoja asal Tanah Pasundan yang turut menjadi pelaku dan saksi berdirinya republik Indonesia dalam tiga babakan zaman ; revolusi, rezim Sukarno, hingga Suharto. Lahir dan besar dalam keluarga priyayi tidak serta merta menjadikannya sosok manja dan menerima segala keistimewaan kelas menengah feodal di zamannya. Sebagai salah editor Balai Pustaka dan Redaktur Kepala untuk bahasa Sunda pada Pustaka Rakyat, sang ayah Raden Kardata Poeradiredja dengan istri  Nyi Raden Siti Djariah  membesarkan Emma beserta saudaranya dalam lingkungan yang memprioritaskan pendidikan. Tak heran saudara Emma seperti Haley Koesna Poerairedja menyabet Community Leader dari The Ramon Magsaysay Award tahun 1962. Adil Poeradiredja saudara lainnya menjadi politikus dan Perdana Menteri Negara Pasundan pro-republiken. Sedari remaja Emma sudah akt

Majalah Tempo Berulang Tahun Ke Empat Puluh Lima


Majalah Tempo berulang tahun ke empat puluh lima. Majalah ini dapat dikatakan salah satu barometer jurnalisme Indonesia selain nama lainnya yang juga tidak kalah pentingnya berkontribusi dalam memajukan peradaban manusia Nusantara modern melalui karya jurnalistik.

Angka menuju dekade ke lima tentu memberi banyak warna terutama bagi mereka yang sedari awal meletakkan batu pertama bagi berdirinya media serius ini. Kali pertama menyentuh Tempo karena prodi Jurnalistik mau tidak mau memaksa saya mengenal ragam identitas media. Dari ranah pop hingga tipe investigatif. Tempo tentu termasuk kategori terakhir.

Sehingga identitas ini pun yang kadung dicap sebagai merek dagang dalam kancah industri media yang dikenal dan dikedepankan oleh Tempo. Rubrikasi dan gaya tulisnya yang baku juga tidak saja mengenalkan sudut pandang perihal teknis, pembaca dibawa ke ranah liputan mendalam yang menjadi gaya majalah ini. Dan tentunya mendapatkan informasi dan pengetahuan berharga yang disajikan dengan bernas melalui data dan fakta.

Kemendalaman gaya penuturan a la sastra juga lekat dalam teknik penulisan yang presisi dan manusiawi. Dengannya, tak terasa kita akan dibawa mengalir ke laman terakhir.

Tempo dapat diakses oleh siapa saja. Meski segmentasi pasar spesifik tapi masyarakat awam pun dapat menikmati aneka karya dan substansi media ini yang selalu mengulas pada hal aktual dan menyangkut kepentingan khalayak banyak dalam tiap reportasenya.

Di tengah kemudahmurahan akses era informasi ini siapapun dapat leluasa berkelindan dari satu laman dalam satu portal dan lainnya bahkan menerabas batas geokultural. Anda dapat membaca pekabaran terkini dari garis depan di Syria, mengetahui jejak karya terbaru musisi kesayangan, atau menelisik laporan tentang orang yang anda kagumi melalui berkas-jejak liputan media cukup dari layar datar dengan akses kuota seribu-lima ribu rupiah untuk kurun waktu tertentu.

Gemlombang ledakan media baru memang memberi ekses dengan ditutupnya media raksasa di Amerika sana bahkan Sinar Harapan dan The Jakarta Globe menutup edisi cetaknya. Sementara Tempo masih tegak sesuai dengan kerangka pengalamannya semenjak Orde Baru hingga euforia pasca reformasi di tangan Jokowi - Jusuf Kalla.

Kekuatan informasi tentu harus sebanding dengan fondasi internal yang mapan. Bagaimana menjalankan roda industri informasi dengan kekuatan dapur yang stabil. Dua hal ini yang musti memerlukan penanganan serius. Dapur yang kuat tanpa informasi yang sehat hanya membuang energi keberlimpahan informasi. Sementara media sebagai lembaga informasi tanpa tata kelola perusahaan hanya akan memperpanjang tenaga alih daya tanpa harapan dan pendek langkah lembaga itu sendiri.

Sumber daya manusia dalam industri media memegang peranan krusial. Banyak lembaga media mejadikan aset berharganya ini hanya sebagai robot tanpa usaha bagaimana memberdayakan sekrupnya itu sendiri sebagai bagian yang setara dan esensial bagi keberlangsungan. Tentu miris jika di usianya menjelang dekade ke lima masih terdengar pemecatan sepihak kontributor daerah oleh manajemen Tempo. Bekerja demi peradaban dimulai dari teras sendiri, bukan? Dan hal ini berlaku bagi semua tidak saja pelaku industri skala besar.

_____

Foto ilustrasi Pixabay.

Komentar