Emma Poeradiredja, Tokoh Sumpah Pemuda Penyaksi Tiga Zaman

Emma Poeradiredja diantara keluarga besarnya di Bandung. P erempuan adalah darah dan nyawa sebuah peradaban bukanlah hal yang berlebihan. Adalah Emma Poeradiredja sosok wanoja asal Tanah Pasundan yang turut menjadi pelaku dan saksi berdirinya republik Indonesia dalam tiga babakan zaman ; revolusi, rezim Sukarno, hingga Suharto. Lahir dan besar dalam keluarga priyayi tidak serta merta menjadikannya sosok manja dan menerima segala keistimewaan kelas menengah feodal di zamannya. Sebagai salah editor Balai Pustaka dan Redaktur Kepala untuk bahasa Sunda pada Pustaka Rakyat, sang ayah Raden Kardata Poeradiredja dengan istri  Nyi Raden Siti Djariah  membesarkan Emma beserta saudaranya dalam lingkungan yang memprioritaskan pendidikan. Tak heran saudara Emma seperti Haley Koesna Poerairedja menyabet Community Leader dari The Ramon Magsaysay Award tahun 1962. Adil Poeradiredja saudara lainnya menjadi politikus dan Perdana Menteri Negara Pasundan pro-republiken. Sedari remaja Emma sudah akt

Kelompok Musik Veteran Grausig Siap Merilis Delapan Tembang Ganas

Kelompok musik veteran tanah air Grausig seakan tak punya waktu jeda untuk berhenti berkarya pasca reuni mengenang kepergian Muhammad Faisal (alias Bobby Grausig, sang basis dan vokalis latar generasi kedua) pada 3 Oktober 2011 silam.

Pada Desember 2017 ini, unit metal ekstrim ibu kota tersebut tengah mempersiapkan album penuh ke empat mereka yang belum diberi judul. Ada total durasi sekira 30 menit berisikan delapan materi beserta elemen tata suara yang masih lekat dengan era kejayaan mereka di dekade 90-an yang telah rampung digarap.


“Untuk teknis, sekarang down tuning di nada A, style 90-an tetap menjadi khas dengan penyesuaian nuansa modernnya.” Tutur sang basis dan komposer lagu Ewin Naiborhu membuka rahasia dapur kelompok yang sudah malang melintang sejak era Poster CafĂ© di Jakarta pada akhir 80-an tersebut via wawancara instant messenger WhatsApp.

Penggarapan album ini sendiri telah selesai dilakukan oleh mereka rentang AgustusDesember 2016 dengan bantuan peramu rekam dan tata suara oleh Yuda dan Salim yang dilakukan di dua studio berbeda. Pengambilan rekaman drum dilakukan di Studio K sementara gitar dan bass di Studio Apache, Jakarta.

Kemungkinan Grausig siap menghadirkan delapan tembang ganas a la Cryptopsy tersebut ke para pendengar dan komunitas metal ekstrim pada 2018, Obsecure Musick label asal Amerika sedianya sudah mengikat kontrak album ini untuk skena global, sementara untuk komunitas lokal kemungkinan besar akan dirilis secara mandiri.

Album Di Belakang Garis Musuh dirilis ulang oleh Obsecure Musick pada Desember 2016. Karya rupa digarap oleh Corey Nicolas. 

Berbicara proses kreatif, basis sepeninggal mendiang Bobby Grausig, Ewin mengklaim penulisan komposisi pun dilakukan olehnya berkolaborasi dengan talenta baru yang mengisi jajaran personil. Ia bersama Slamet Uskaizan alias Mame yang bertanggungjawab membuat struktur musikalitas Grausig teranyar, “Proses lagunya sudah lama selagi penggarapan album Di Belakang Garis Musuh. Dalam proses album tersebut materi album selanjutnya udah saya buat untuk benang merah. Kolaborasi dengan Mame.”

Ia pun mengklaim album terbarunya nanti lebih bertenaga ketimbang album sebelumnya yang terdengar lebih renyah didengar penggemar musik cadas. Pada penggarapan album penuh terbaru ini selain Mame, Ewin dan Denny Zahuri (drum) didukung beberapa talenta seperti Septian Nur (gitar) dan Isma Sulaiman (vokal) yang hadir meneruskan legasi almarhum James Andri Budiyanto (vokal) dan Budi Ridwin Nasution (gitar). Tutur Ewin, selanjutnya, “Tinggal pengisian vokal dan pematangan pesan pada album.”


Grausig hadir di penghujung 2016 dengan album Di Belakang Garis Musuh yang dirilis dalam cakram padat oleh Majemuk Records pada Maret 2016, versi kaset oleh Rumah Tanah Production pada awal September 2016, dan pada 9 Desember tahun yang sama kembali dirilis ulang label rekaman mandiri asal Amerika Serikat, Obsecure Musick. Dalam rilisan internasional tersebut Corey Nikolas didapuk sebagai seniman yang mengarap perwajahan album. Sebelumnya, Obsecure sendiri telah merilis album penuh talenta lokal Indonesia lainnya seperti Jasad (Annihilate the enemy) dan Death Vomit (Forging a legacy) pada 2015 untuk dipasarkan di Amerika, Eropa, dan Asia.

Diskografi kelompok musik yang didirikan oleh Yachya Wacked sepeninggal hengkang dari veteran trash metal Sucker Head dalam rentang 1989-2016 ini adalah Doomsday (single, 1994), Feed the Flesh to the Beast (album mini, 1994), Abandoned, Forgotten, & Rotting Alone (album penuh, 1999), Tiga Dimensi (album penuh, 2003), In the Name of All Who Suffered and Died (album mini, 2013), God's Replicated (Single, 2014), Feed the Flesh to All Who Suffered and Died (album mini, 2014) dan Di Belakang Garis Musuh (album penuh, 2016).

_______

Foto: Grausig.net

Komentar