Emma Poeradiredja, Tokoh Sumpah Pemuda Penyaksi Tiga Zaman

Emma Poeradiredja diantara keluarga besarnya di Bandung. P erempuan adalah darah dan nyawa sebuah peradaban bukanlah hal yang berlebihan. Adalah Emma Poeradiredja sosok wanoja asal Tanah Pasundan yang turut menjadi pelaku dan saksi berdirinya republik Indonesia dalam tiga babakan zaman ; revolusi, rezim Sukarno, hingga Suharto. Lahir dan besar dalam keluarga priyayi tidak serta merta menjadikannya sosok manja dan menerima segala keistimewaan kelas menengah feodal di zamannya. Sebagai salah editor Balai Pustaka dan Redaktur Kepala untuk bahasa Sunda pada Pustaka Rakyat, sang ayah Raden Kardata Poeradiredja dengan istri  Nyi Raden Siti Djariah  membesarkan Emma beserta saudaranya dalam lingkungan yang memprioritaskan pendidikan. Tak heran saudara Emma seperti Haley Koesna Poerairedja menyabet Community Leader dari The Ramon Magsaysay Award tahun 1962. Adil Poeradiredja saudara lainnya menjadi politikus dan Perdana Menteri Negara Pasundan pro-republiken. Sedari remaja Emma sudah akt

Dari Sosialisasi Menuju Esensi Pengembangan Diri



Sosialisasi adalah salah satu cara mempelajari budaya dan cara hidup satu atau lebih sistem sosial. Elkin mengindikasikan proses sosialisasi alami sebagai sosialisasi termasuk pembelajaran dan pendalaman dari pola-pola, nilai-nilai, dan perasaan. Proses sosialisasi pada kasus seorang anak, dia pada idealnya tidak hanya tahu apa yang diharapkan dirinya dan berperilaku sesuai yang dinginkannya; dia juga tahu hal tersebut adalah jalan yang ditawarkan untuk dia berpikir dan berperilaku. Lebih lanjut Elkin menerangkan istilah sosialisasi dengan sendirinya menunjukan kepada jalan cara pembelajaran dari berbagai hal yang dibangun dan kelompok yang berlanjut seperti seorang imigran bersosialisasi kedalam kehidupan konteks sosial budaya negara barunya; kehidupan angkatan bersenjata dengan aturan abdi negaranya atau seperti agen asuransi ke dalam pola-pola manajerial perusahaan dan pekerjaanya.

Di skala yang lebih terbatas proses penyesuaian murid ke sekolah dan ruangan kelas mengambarkan adanya proses sosialisasi. Anak muda memasuki sekolah pada hari pertamanya secara emosi merasa terganggu dan tidak aman. Pada peserta didik tingkat kanak-kanak kemungkinan dia menangis, apabila ikut peran serta dalam hal tertentu akan menjadi lebih agresif. Setiap peserta didik mempunyai kemampuan dalam perannya terhadap atau apa yang diharapkan darinya bagi diri sendiri atau lingkungannya tersebut. Peserta didik harus berbagi jati dirinya dengan orang lain. Berangsur-angsur akan dihadapkan pada proses belajar apa yang diharapkan dari dirinya dalam perannya sebagai murid dibandingkan peranannya sebagai anak. Ketika proses komunikasi dialogis dua arah positif maka otomatis dia dapat diterima dalam sebuah kelompok, mendapatkan teman, dan mulai belajar kawan-kawan sebayanya. Proses sosialisasi tersebut telah dimulai.

Bonner menyatakan peranan pengembangan adalah tanda manusia sebagai mahluk sosial yang dapat bersosialisasi ketika berhasil mengambil peranan atau tugas dari orang lain atau kelompoknya. Lebih lanjut ia menyatakan bahwa sejak pola-pola satu individu-individu harus mengambil peranan memainkan orang lain, peranan perilaku memberikan seseorang kesempatan untuk menerima dan diterima oleh yang lainnya. Peranan perilaku hanya dapat dilakukan dalam sebuah kelompok. Kelompok menghadirkan berbagai macam situasi dimana tiap orang dapat menampilkan keterampilannya, melatih leterampilannya, dan mulai mengenali apapun jasa seseorang yang mungkin dia miliki dan kelompok bermaksud untuk mengenal dan menghargai. Keharmonisan kelompok tergantung kepada tindakan yang baikukuran/tindakan yang baik dan maksud-maksud dari setiap individu untuk memainkan peranannya dengan cara tertentu yang dapat diterima oleh individu lainnya untuk memainkan peranannya secara sukses.

Variasi dalam sosialisasi

Proses sosialisasi dapat diasumsikan  sebagai rangkaian kesatuan atau kontinuitas. Dalam satu perbedaan yang mencolok seseorang mungkin dapat secara baik menyesuaikan dan bersosialisasi bahwa dia tidak ditantang oleh perkembangan hubungan yang baru serta masalah-masalah dan mungkin penderitaan dari kejemuan akan kehadirannya. Dia bahkan mungkin dapat didukung oleh seseorang dan keterlibatannya dengan mereka. Hidup mungkin seimbang tapi hanya dapat menahan sedikit tantangan menonjol. Hal tersebut dikembangkan oleh Emil Durkheim dalam pelajarannya yang klasik tentang bunuh diri. Bergerak kearah pusat dari rangkaian kesatuan/kontinuitas kita dapat menemukan yang aktif, penyesuaian yang baik, jadi sensitif dengan tuntutan emosi perasaaan ambisi, cinta, simpati, malu, iri, pemujaan pahlawan, dan kadang-kadang kekejaman. Dia belajar perannya dalam sistem sosialnya dan mencari untuk memenuhi peran harapannya menjadi yang terbaik dari pengetahuannya. Dia merespon dan direspon. Dia mengembangkan status sosial yang umum lebih baik seperti status-status khusus dalam sosial sistemnya. Dia mulai terlibat dalam berbagai peranan.

Dalam perbedaan lain dari rankaian kesatuan adalah nonsosialisasi atau lebih baik, tidak selesai atau ketidakcukupan bersosialisasi/bergaul. Contoh yang paling terkenal dari anak yang dibesarkan dari keterasingan adalah anak feral, sering disebut dengan “anak serigala” atau “anak liar”. Sekarang anak liar/srigala tidak ditemukan disekolah tapi subjek berhubungan dengan diskusi-diskusi sosialisasi. Dianggap anak tersebut telah dibesarkan oleh binatang. Lebih banyak fiksi khayalan daripada fakta tertulis tentang anak ini. Ogburn membuat sebuah penyelidikan tentang desas-desus tentang anak indian yang diharuskan kembali pulang ke rumahnya setelah dibawa ke sebuah gua oleh srigala dan tinggal bersama mereka selama empat setengah tahun. Desas-desus yang ada pergi, ketika anak tersebut ditemukan dia belum dijinakkan, tidak bisa berbicara, meminum air seperti srigala, dan mempunyai kebiasaan lainnya seperti srigala. Selama anak tersebut hilang dan akhirnya kembali kepada kedua orang tuanya, bagian kisah melakukan sesuatu dengan bersosialisasi sama srigala benar-benar murni mitos dan diperlakukan  demikian oleh Ogburn.

Mungkin kisah yang paling terkenal tentang “anak srigala” adalah tentang dua anak indian lainnya, Amala dan Kamala. Berdasarkan laporan laporan, kedua anak tersebut diamati untuk memunculkannya dari sarang srigala dan kawananya. Usia anak tertua diperkirakan sekitar delapan tahun dan yang paling muda sekitar satu setengah tahun. Mereka telah berdua , mengerakan dan mengelus rambut dan berlari menggunakan empat kaki. Mereka dibawa oleh Rev.J.A.l Singh ke Yayasan Yatim Piatu Midnapore yang dikelola oleh Singh dan istrinya. Sepuluh bulanan kemudian anak yang paling muda meninggal. Singh melaporkan secara gamblang dalam proses sosialisasi dari Kamala. Dia tinggal dengan Singh sampai usia enam belas tahun, sampai laporan berlanjut.

Ketika pertama kali ditemukan anak-anak dalam keadaan takut berjonkok bersama-sama dan berhadapan dengan dinding, Kamala dapat mencium makanan pada jarak jauh dibandingkan manusia  biasa lain lakukan. Dia berlari dengan empat kaki dan memangku susu seperti srigala. Dia mempunyai selera makan yang rakus dan sering mengganyang ayam mati. Dia memberikan sedikit respon kepada manusia. Suara vokal pertamanya sangat mengeram dan menderu.

Setelah tinggal dengan Singh, proses sosialisasi di dalam lingkungan mausia mulai menampakkan hasil, dan kepribadian Kamala mulai berkembang. Sekitar kira-kira sembilan bulan Kamala mulai  mengambil makanan dari tangan Nyonya Singh. Dia belajar untuk menerima anak-anak lain dan merespon kehadiran mereka. Setelah kira-kira empat tahun dia telah mengembangkan perbendaharaan katanya yang sederhana. Dia mengembangkan kepribadian dan perilakunya menjadi sopan. Di akhir tahun ke delapan dalam lingkungan keluarga, Kamala telah meniru sifat kepribadian dan perilaku yang manusiawi. Apa pun kenyataan-kenyataan atau mitos-mitos dari Amala dan Kamala, itu adalah laporan yang menarik dari sosialisasi.

Lebih penting dari laporan/kisah yang menghebohkan dari anak srigala yang oleh  siswa pendidikan dan sosiologi telah didokumentasikan dan di autentikkan keasliannya dengan baik dari anak yang terasing. David telah melaporkan dua contoh yaitu Anna dan Isabelle.

Anna  adalah anak yang dilahirkan diluar pernikahan, kelahiran bahkan kehadirannya tidak diakui oleh pihak ibu mertua. Anna diasingkan di ruangan lantai atas hanya dengan makanan dan perhatian yang secukupnya saja untuk membuat dia bertahan hidup. Dia menerima sedikit kasih sayang dari kehadirannya. Dia diletakkan dan disimpan dalam jangka waktu yang sangat lama yang cenderung membahayakan dengan kondisi baju tidur yang sangat dekil dan kotoran-kotoran di badannya. Ketika dia berusia delapan tahun dia ditemukan dan dipindahkan dari ruangan. Dia tidak dapat berjalan hanya ada sedikit tanda-tanda kecerdasan, hanya perut mengembung, tulang-seperti badan dan ekspresi tanpa emosi sama sekali dan sangat berdeda. Dia tidak dapat memberi makan dirinya sendiri dan melakukan sesuatu yang orang lain lakukan seusianya yang normal lakukan.

Antara waktu dia ditemukan empat setengah tahun kemudian ketika dia meninggal karena penyakit kuning. Anna mengembangkan kesehatan jasmani dan rohaninya dalam sosialisasinya dengan bermain dengan boneka, dapat menyusun kubus-kubus dan dapat membedakan gambar-gambar. Dia dapat berbicara dalam tahap yang sederhana. Dia menjadi bersih dalam kebiasaannya dan belajar berjalan. Dia telah tinggal, pada waktu mulai pandai bersosialisasi, meskipun banyak ketinggalan dibandingkan anak yang dibesarkan dibawah kondisi yang lebih normal.

Dalam kasus Isabelle agak sedikit berbeda. Ketika ditemukan dia telah berusia enam setengah tahun. Seperti halnya Anna, dia juga adalah anak yang lahir diluar pernikahan dan diasingkan dalam ruangan gelap sejak kelahirannya. Ibunya yang tuli dan bisu mendorong Isabelle lebih terasing. Sang ibu menggunakan bahasa tubuh sebagai metode interaksi berkomunikasi. Dia mengurus Isabelle dan mereka berdua menghabiskan waktu dalam keterasingan bersama, Isabelle tidak mengembangkan kemampuan berbicaranya dalam kotak keterasingannya, tetapi belajar untuk berkomunikasi dengan bahasa tubuh seperti yang diajarkan ibunya kepadanya. Ketika ditemukan dia membuat boneka seperti mengeluarkan suara. Pengalamannya dalam belajar berbicara adalah dengan sendirinya merupakan kisah yang menarik.

Kekurangan gizi dan cahaya matahari telah menyebabkan Isabelle terjangkit Rakhitis yang menyebabkan kelemahan yang membahayakan dan membengkokkan kakinya. Kondisi ini menjadi tanggungan bagi dia untuk berjalan dengan menggunakan tongkat berjalan. Isabelle menakutkan hak manusia, tidak ragu, bagi dia berhubungan dengan ibunya sudah selesai.hal itu sangat memungkinkan bahwa sedikit rasa takutnya ditanamkan oleh ibunya. Kebanyakan perilaku Isabelle  merupakan karakteristik dari tuna tunggu, hal tersebut menunjukan kepada kita pengalaman bersosialisasi dengan ibunya yang tuli dan bisu.

Setelah dia dibawa keluar dari keterasingannya, dibawah program pelatihan yang terampil dan sistematik, Isabelle belajar lebih cepat dibandingkan anak yang berada dibawahnya. Setelah dua bulan latihan bahasa dia dapat membuat kalimat. Setelah tujuh bulan dia telah dapat mengembangkan perbendaharaan katanya dari seribu limaratus kata hingga kata. IQ nya telah meningkat dalam satu setengah tahun latihan, dan dia juga mencapai berat badan yang normal untuk seusianya. Isabelle juga memasuki dan ikut serta sekolah dan menunjukan kemajuan seperti orang lain dapatkan. Meskipun terlambat proses belajar dan sosialisasinya dipercepat dibawah bimbingan dan latihan ada fakta/bukti bahwa Isabelle mempunyai IQ lebih tinggi dibandingkan dengan Anna, meskipun Anna tidak hidup lebih cukup lama untuk mengembangkan IQ-nya lebih menonjol.

Meskipun dua kasus terdahulu memberikan gambaran yang adil dari masalah serius dari tidak adanya sosialisasi dan proses sosialisasi dari orang yang terasing ketika ditemukan,siswa yang tertarik mungkin ingin meneruskannya ke hal yang lebih dalam. Hal tersebut harus juga di klarisifikasi bahwa beberapa kelainan mental-psikis dan lemah berpikir –tidak sebagai kecakapan bersosialisasi seperti kebanyakan orang normal lakukan.

Pengkondisian sosialisasi

Tulisan mengenai sosialisasi sangat banyak tetapi penelitian tidak meyakinkan dan terkadang kontradiksi. Meskipun demikian topik ini penting dan merupakan sesuatu yang bermanfaat. Subjek ini telah diperkenalkan singkat pada penjelasan diatas. Pendidikan adalah suatu area yang luas untuk pembelajaran dan kurang baik diterapkan pada perkembangan kontrol group non sosial. Penilaian ini sangat terfokus tentang sosialisasi.

Seperti yang telah kita tekankan, perkembangan normal manusia meminta simulasi fisik dan juga kontak sosial dan stimulasi mental. Sebelumnya kita baru saja mempelajari mental superioritas manusia dan pengaruhnya. Kapasitas tengkorak manusia mencapai 1500 Cm3 Sedangkan tengkorak simpanse kira-kira melebihi 450 cm3. Dapat kita indikasikan bahwa seorang manusia dapat mentransmisikan apa yang telah ia pelajari secara verbal dan secara simbolis lainnya. Interaksi antar manusia itu pada dasarnya merupakan simbol dari karakter manusia.Meskipun manusia memiliki sejumlah faktor biologis seperti rasa lapar dan dan hubungan sexual, oleh karena itu di kondisikan dengan baik oleh sosialisasi dan sifat kebudayaan.

Pada bab lain kita telah mempelajari keuntungan dari anatomi manusia seperti postur berdiri, lokomosi bipedal dan fungsi tangan. Kualitas ini mempengaruhi pembangunan budaya manusia, pembelajarannya dan sosialisasinya.

Disamping karakteristik fisik manusia, manusia bisa dianggap sebagai makhluk sosial tingkat tinggi, dan ia hanya dapat mengerti pada hubungan sosialnya saja. Manusia pada dasarnya egois disamping  inteligensi. Jika kita coba memvisualisasikan kehidupan makhluk yang bernama manusia di jaman batu tua, kita menyadari bahwa hanya group yang bisa kerjasama dapat memperoleh hewan yang dibutuhkan dan menangkal musuh seperti  macan.

Dorongan Biologis dan psikologi dari prilaku sosial

Dalam diskusi perilaku sosial, ahli psikologi sosial dengan teliti berpendapat mengenai fisiologis dan psikologis yang mendasari sebagian prilaku manusia. Newcomb menyarankan  tiga kemampuan dasar yang mempengaruhi prilaku sosial manusia.

Pertama, kemampuan mempertahankan diri, dengan pengertian akan menjadi sensitif terhadap kekurangan kondisi lingkungan yang mana tempat dia bergantung hidup. Jika kita tidak diganggu oleh panas dan dingin yang berlebihan atau oleh kelaparan, kita tidak akan memberikan tanggapan terhadap lingkungan sepanjang menyokong kehidupan kita.

Kedua, kemampuan merespon ketika ada gangguan, seandainya bayi tidak bisa menetek, menelan dan bernafas, maka ia tidak akan sanggup hidup.

Ketiga, kemampuan untuk belajar,  yang ini diperoleh dari pengalaman. Meskipun kita telah dapat selamat tanpa kapasitas untuk belajar, ini sangat penting bagi kita  untuk penyesuaian dan kemahiran dalam membedakan prilaku manusia.

Beberapa tahun lebih awal, dalam The Unadjusted Girl, W.I.Thomas menekankan bahwa dalam seluruh prilaku ada aktor ‘definisi dari situasi’ yang mempengaruhi perilaku. Dia juga mengembangkan empat kebutuhan yang dikenalnya, yaitu keinginan untuk memperoleh pengalaman baru, keinginan untuk aman, kebutuhan akan tanggapan dan keinginan untuk mendapat pujian (pengakuan) sebagai motivasi dalam perilaku manusia.

Klinerberg kemudian menggambarkan secara berat dalam tulisan-tulisan antropologi, sosiologi, dan psikologi, dan mengembangkan klasifikasi dari motivasi yang membentuk basis dari bio-sosio psikologi untuk prilaku sosial. Semua itu disusun menurut rangkaian kesatuan “ketergantungan”.

  Tesis Thomas yang pertama, Motivasi yang secara absolut tergantung kepada dasar psikologi dan kwalitas yang universal. Ini terdiri dari rasa lapar, rasa haus, kebuthan untuk istirahat, tidur ,bersi-bersih,juga aktivitas serta nilai estetika.

  Kedua, Motivasi yang mana memiliki basis secara psikologi tetapi yang memuat pengecualian individu. Ini terdiri dari sex, keinginan bermanja, dan hal seperti pemeliharaan yang berpusat pada self centrized.

  Ketiga, Motivasi yang secara tidak langsung merupakan basis psikologi yang terjadi dengan frekuensi besar namun memiliki sadikit ketergantungan sejak mereka mempunyai pengecualian dalam masyarakat dan diantara individu-individu. Ini termasuk tingkat agresifitas, pujian dan mungkin ketegasan diri.

Keempat, Motivasi yang tidak diketahui secara basis psikologi tetapi terjadi dalam beberapa frekuensi lain dikarenakan pola sosial umum atau sebagai pengertian untuk kepuasan akhir secara praktis. Motivasi yang tidak bergantungan secara essensial adalah pengelompokan, motivasi paternal, motivasi pra-maternal, motivasi kasih sayang, keserakahan dan kepatuhan diri.

Ditingkatan lain, Maslow telah mendirikan hirarki dari motivasi, agak lebih sosial sifatnya, yang mana membentuk dasar opini untuk perilaku social yang inheren dengan penjelasan diatas. Pertama, Kebutuhan fisiologi seperti rasa lapar, rasa haus,sex, aktivitas fisik. Kedua, Kebutuhan keamanan termasuk keamanan dari kerugian fisik dan psikologi. Ketiga, kebutuhan memiliki dan cinta (kasih sayang) mencakup hubungan untuk memberikan tanggapan, kasih sayang, dan sifat afiliasi. Keempat, Kebutuhan akan penghargaan dilihat dari keinginan semua orang untuk penilaian yang stabil dan bagus terhadap kesimpulan mereka sendiri mengenai kehormatan diri dan penghargaan dari orang-orang lain. Dan kelima, Aktualisasi menggambarkan perpaduan atau puncak dari kebutuhan-kebutuhan lain dalam keinginan/hasrat untuk realisasi diri atau pemenuhan (fulfilment) dari salah satu kapasitas total (keseluruhan).

Setelah mengindikasikan kebutuhan manusia lebih dari kebutuhan kelangsungan hidup belaka untuk secara penuh berpartisipasi dalam aktifitas manusia dan untuk turut aktif berperanserta dalam pengalaman manusia sepenuhnya Hollander mengemukakan tentang “commonalities”.

Dalam tesis Hollander (yang juga inheren dengan beragam tesis sebelumnya) menyatakan  manusia membutuhkan hubungan sosial dan identifikasi tetapi juga identitas jati diri. Manusia membutuhkan keteraturan, informasi dan pengalaman tetapi juga kesempatan beraktivitas dan bereksperimen dengan kemampuan yang ia miliki sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan serta keinginan memperoleh pengalaman baru.

Ringkasan ini mengindikasikan bahwa  potensi manusia yang sangat luas untuk mengembangkan secara luas rentang prilaku  melalui pembelajaran secara informal, sosialisasi, dan pendidikan formal. Seharusnya kita mengeksplorasi secara penuh potensi ini. Kita juga seharusnya menekankan poin bagaimana rintangan seseorang secara pisik dapat membangun kompensasi yang mana mempunyai efek serius terhadap rintangan tersebut.

Kebutaan dapat menimbulkan  indra perasa lebih peka dan ingatan yang bagus atas sebuah kenyataan, kejadian, dan orang. Pasien penyakit jantung mungkin belajar hidup dengan kondisinya dan belum bisa melakukan pekerjaan sehari-hari dengan baik. Orang tua secara perlahan menurun dalam ketajaman fisik dapat melanjutkan belajar dan bekerja meskipun dalam prosesnya membutuhkan lebih banyak waktu. Ketidaktergesaan bisa membentuk tugas rutin dan membuat kehidupan yang baik. Dengan input yang diperoleh, ketidaktergesaan dapat mengakses banyak subjek dan kesempatan dalam warisan budaya yang lebih mempunyai berkah. Secara harfiah seseorang mengatakan,”Mesin telah memberikan seorang yang bodoh pada kesempatan pertamanya untuk menjadi menjadi seorang yang lembut.” Juga kita akan menambahkan, “dalam abad mesin dan teknologi seniman dan manusia kreatif tidak menderita.”

Agar anak mampu bersosialisasi, ada tiga kondisi yang diperlukan. Pertama harus adanya pergaulan secara terus-menerus, lingkungan dimana dia bisa bersosialisasi. Kedua, anak mempunyai kemampuan keturunan biologis. Jika anak tersebut agak terganggu pemikirannya atau menderita kelainan mental yang serius, kemampuan bersosialisasi akan menjadi sangat sulit bahkan tidak memungkinkan. Ketiga, seorang anak membutuhkan ‘sifat manusiawi’, kemampuan untuk membentuk hubungan emosional dengan orang lain dan untuk pengalamannya seperti perasaan cinta, simpati, malu, iri, kasihan ,dan terpesona. Tiap dari kebutuhan kondisi tersebut adalah signifikan terjauh yang pointnya sebagai dasar latar belakang material untuk pemahaman bersosialisasi.

Apa yang mungkin tidak penting di suatu kebudayaan bisa menjadi sangat penting untuk yang lain. Contohnya, di kebudayaan Iroquis mimpi memainkan peran yang signifikan dalam mempengaruhi sikap. Hal  ini bisa menjadi tidak penting di kebanyakan kebudayaan terutama Negara budaya kapitalistik.

Pergaulan, sama seperti belajar di sekolahan, pencerminan dari kebiasaan sistem kekeluargaan, institusi, dan secara keseluruhan kebudayaan masyarakat. Anak Yahudi bersosialisasi dengan karakteristik khas keluarga Yahudi. Dia akan mengetahui banyak mengenai kepercayaan Yahudi ketika ia memasuki bangku sekolah. Si anak akan mencerminkan nilai dan berpikir mengenai pergaulan kelas dimana dia berada ketika ia memasuki sekolah atau ketika ia memasuki  program grup prasekolah. Anak dari perkebunan akan mengetahui banyak kehidupan berkebun, mengenai hewan-hewan dan menanam jagung, ketika ia memasuki sekolah. Jika si anak adalah lelaki dia akan mengetahui bahwa di kebudayaan Amerika dia akan bertanggung jawab untuk kehidupan keluarganya. Dia akan mengetahui bahwa di pergaulan Amerika ada banyak cara untuk membedakan orang ke suatu grup dari jenis kelamin, umur, kelas, ras, dan agama.

Anak Amerika dari kelas menengah senang bersosialisasi dengan kepentingan seseorang, dan ini bukanlah pengeluaran dari kebersamaan dan solidaritas masyarakat Amerika. Dia akan datang untuk mengetahui meskipun sebelum sekolah bahwa tempat demokrasi sedang menjadi perhatian yaitu harga warga negara individu dan satu orang satu suara adalah standar.   

   Sesungguhnya mungkin kebalikannya adalah sosialisasi anak-anak China. Pendidikan untuk kepentingan melayani pemimpin Mao bisa menjadi yang terpenting. Perhatian individual di dalam mencapai dan mengembangkan  seringnya seperti egoisme borjuis, seperti seseorang yang menilai sistem dipenuhi oleh oleh materalistik. Anak-anak Amerika seringnya bersosialisasi dengan tempat kalangan  atas yang berkecukupan barang-barang, tetapi anak-anak China sadar bahwa kapitalis adalah egois dan bergaya hidup borjuis.

Cera Du Bois, seorang ahli antropologi di dalam suatu diskusi tentang nilai-nilai berharga kebudayaan Amerika, indikasi empat premis terpenting yaitu karakteristik nilai sistem Amerika kelas menengah. Yaitu. Alam semesta adalah bisa dipahami secara  mekanistik, manusia adalah penguasanya, manusia adalah sama, dan terakhir manusia adalah sempurna.

Mensosialisasikan sistem sosial

Sistem sosial dikarakteristikkan dari mempolakan  hubungan antarseseorang yang mempunyai kontinuitas. Loomis mengindikasikan bagaimana memelihara interaksi untuk mengembangkan keseragaman. Seperti bagaimana mereka secara teratur dan sistematik untuk melayani sesuatu, hal itu bisa dikenali sebagai sistem sosial. Karena sistem sosial adalah gabungan bermacam-macam bagian dan fungsi, hal itu disebut proses struktur sosial. Sosiologi, sama seperti ilmu sains lainnya, membahas dengan orderliness atau keberagaman termasuk fakta-fakta fenomena, dan juga terdapat di dalam sistem sosial.

Sistem sosial mempunyai peranan penting di dalam proses bersosialisasi. Keluarga, sebagai sistem sosial, mentransmisikan ke anak segmen-segmen dari kebudayaan yang lebih luas, sama seperti kebudayaan yang mempunyai ciri spesifik dan pola-pola dari suatu keluarga. Keluarga mempunyai banyak kegunaan dan keuntungan di dalam pembelajaran dan proses bersosialisasi, selama mereka memperhatikan si anak, prestise orang tua, dan pengulangan pengalaman dan tingkah laku ketika di rumah, semua hal tersebut membuat suatu keluarga media yang efektif untuk bersosialisasi.

Fakta ini dijabarkan di bahasan ‘Keluarga mempunyai media pendidikan”. Sekolah biasanya mentransmisikan ilmu pengetahuan, sikap dan tingkah laku, dan keterampilan, dan semakin bervariasi serta sistematik tingkah laku itu menyentuh satu aspek dari kebudayaan yang keluarga tidak miliki, terutama atletik, aljabar, grammar dan subjek lapangan. Grup yang sama mempunyai fungsi sosialisasi yang penting. Jadi mereka bersaing dengan keluarga dan sekolah untuk pendidikan-pendidikan waktu dan keloyalitasan. Di saat target  maksud dari grup yang sama proses bersosialisasi konflik dengan keluarga dan sekolah. Ketika hal ini terjadi banyak problem bisa berkembang diantara keluarga,sekolah dan grup sebaya.

Mass media untuk komunikasi adalah penting untuk bersosialisasi. Karena adanya visual, verbal, dan suara untuk stimulus dari media massa, dan status seseorang yang media massa tampilkan, dan mass media memenuhi banyak lagi peranan penting di dalam  proses bersosialisasi saat  generasi sekarang dibandingkan generasi sebelumnya. 

Di dalam penambahan ke keluarga dan sekolah, sebelum disinggung, semua institusi lainnya memainkan peranan kompleks yang penting di dalam bersosialisasi. Hal ini terutama benar yaitu gereja, pemerintahan, ekonomi dan ke tingkat titel, ilmuan dan institusi.

Apapun sumbernya, model tingkah laku adalah penting di dalam proses bersosialisasi. Anggota keluarga sering bertingkah laku untuk menjadi contoh bagi anak-anaknya. Anak termuda bisa terimitasi tingkah laku dari orang tuanya.

 Aspek sigifikan sosialisasi

Dari bahasan kita di dalam signifikansi sosialisasi hingga peranannya bagi perkembangan potensi psikologis dan interaksi sosial ini pembaca mempunyai keseluruhan tata kelola ilmu pengetahuan dari bersosialisasi dan prosesnya pertukaran pesan budaya tersebut. Beberapa pengaruh bagi anak muda bisa menjadi hal yang penting di kehidupan sehari-hari.

Hal penting tersebut, pertama, pengembangan diri sediri. Saat lahir keaslian alam memulai untuk berkembang ke dalam sifat manusiawi, sifat manusiawi disinggung bahwa sang anaklah yang mampu mengembangkannya sendiri. Dia menjadi sigap dari berbagai respon orang lain, di dalam karakteristik dirinya, dan untuk efek respon terhadap perilaku untuk sesama. Karena begitu sensitifnya anak muda mempunyai kemungkinan kondisi bersikap. Bagaimanapun, dampak nyata dari kondisi sosialisme dan pendidikan dimulai saat lahir dan hubungan antar sesama yang dikembangkan diantara kedua anak dan ibunya serta orang lain yang peduli padanya.

Rose mengindikasikan tahapan proses bersosialisasi ketika kecil dengan tiga tahapan yaitu : Belajar dengan mengkondisikan latihan dan kesalahan, perkembangan tingkah laku yang didasari latar belakang ketika kecil, dan terakhir, kemampuan untuk mengartikan untuk aplikasi bagi dirinya sendiri, untuk benda, untuk situasi dan untuk orang lain.

Hal kedua, Status dan peraturan pengembangan. Mempelajari status dan peraturan adalah bagian dari proses sosial. Anak mempelajari posisi status dan peraturan yang dia tempati di dalam keluarga dan menjadi adat pada peraturan dan hubungan status dan dalam kenyataannya kedua peraturan dan status dapat berubah sebagai tempat pengambilan kedewasaan. Upacara pertukaran dari nilai suatu sekolah dan tingkatan terhadap yang lainnya dan dari masa anak-anak ke masa muda dan dari masa muda ke masa dewasa. Terkadang perlu diperhatikan dan mempengaruhi perubahan peraturan dan status. Upacara pertukaran di dalam masyarakat modern merupakan pengenalan terhadap laporan nilai, sertifikat tingkah laku, ujian kelulusan, lanjutan di dalam peranan organisasi masa muda, seperti berteriak, persat-pesta, penyempurnaan penarikan pendidikan, menyetir sebuah mobil dan mengatakan mayoritas legal dengan hak-hak termasuk tambahan hak-hak istimewa. Permulaan upacara yang dikerjakan dengan teliti merupakan tanda asli dari upacara pertukaran di dalam masyarakat sederhana. Contohnya adalah Indian Ciricahua memperkenalkan pertukaran dari masa gadis ke dalam masa wanita dewasa di dalam sebuah upacara dengan tindakan teliti menjadi gadis dewasa. Opler menguntip seorang pembicara Indian sebagai pertanda ucapannya, “Kami berpikir hidup wanita sebagai halangan keluar dari bagian-bagian satu merupakan masa gadis, yaitu masa gadis muda, yaitu masa pertengahan umur dan masa tua. Musik membawanya melewati mereka. Lagu pertama menggambarkan rumah dan upacara suci. Kemudian lagu kedua menggambarkan bunga-bunga dan benda-benda bergerak. Ini untuk tempat masa mudanya dan sebagai lagu untuk melewati masa gadis tumbuh besar dan mencapai usia tua.”

Peraturan perbuatan adalan bagaimana satu tingkah laku di dalam posisi sebuah status yang disebabkan dan tidak disebabkan. Peraturan pengharapan adalah mengharapkan tindakan-tindakan di dalam status yang berbeda-beda. Setiap individu mempunyai status umum dan sebuah status khusus. Anak-anak di sekolah mempunyai status murid dan status anak di dalam rumah. Dan mungkin sebuah variasi status yang lain dan peraturan bercahya bagi aktivitas extra kelas dan grup perkumpulan. Sebagai anak dewasa peraturan berubah sejalan dengan statusnya. Status senior adalah lebih tinggi daripada orang awam. Status remaja biasanya diberikan oleh sebuah peraturan independen dan disetujui anggota yang bebas yang dipilih tidak dari yang lebih muda umurnya. Peraturan konflik biasanya muncul ketika orang tua, prinsip, guru, dan organisasi mempunyai peraturan-peraturan yang berbedadan jauh dari perbedaan aturan pengajar. Sosialisasi memprosesnya dengan sempurna dan lebih lunak sebagai sebuah peraturan pengharapan. Keluarga dan komunitas budaya sangat ahli di dalam menentukan anak dan orang muda dan terkadang orang tua yang frustasi di dalam proses sosialisasi.

Ketiga adalah simbolisasi. Dengan simbol belajar dan pendidikan, kemampuan menjadi lebih tinggi dalam pengembangan manusia. Manusia bisa berkomunikasi dan membuat sumber interprestasi kejadian orang-orang, benda-benda, situasi-situasi, dan tingkah laku. SD menjelaskan  simbol belajar di dalam peralatan subjek seperti aritmetika, menulis, membaca, dan pengetahuan dasar. Simbol-simbol khusus dipelajari di dalam kimia, fisika, dan matematika pada SMP dan tingkat Akademi. Verbalisasi mempengaruhi simbol bahasa dan dipelajari di dalam rumah ke sekolah. Jelasnya dihubungkan dengan konsep pembangunan. Nilai uang bisa dipelajari ini berarti bermain dengan kejujuran dan kecurangan bagian dari pembelajaran.

Bagaimana seseorang mengerti peraturannya dan peraturan pengharapannya. Di dalam hubungan pada konsep ini dan bagaimana satu simbol tingkah laku sangat penting. Di dalam hubungan sosial, bagaimana satu simbol persahabatan atau sebuah pengabdian sangat penting. Akhirnya rekaman pada kemajuan pengajar melalui sekolah membuat suatu sistem simbol.

Simbol yang disignifikasikan karena masyarakat memberi pengertian pada mereka, karena mereka penting dalam komunikasi dan dalam pola interaksi. Anak-anak secara berkala bermain dengan objek imanjinasi di dalam dunia buatan seorang hidup anak. Hidup anak penuh simbol dan simbol tingkah laku. Sedangkan pada hidup masa muda dan tua seperti simbol Tuhan mereka dan belajar mengikuti pola simbol mereka.

Ada tingkatan-tingkatan abstrak di dalam simbol. Tanda silang sebagi simbol dapat lebih mudah dikenal daripada nilai kimia atau sturktur modek sebuah atom. Simbol mengartikan sebuah cincin perkawinan yang lebih mudah dimegerti daripada simbol Yunani tentang rumah keabadian. Karena cincing perkawinan lebih mudah dimengeri di dalam sebuaah budaya. Simbol-simbol juga bervariasi dan kompleks.sebuah bendera dapat berarti lebih daripada sebuah objek atraktifpada sebuah invasi. Seorang pramuka seharusnya merupakan tanda kesetiaan terhadap rumah dan negara. Menjadi prajurit yang kembali dari perang sebagai simbol kekuatan militer, kejantanan, status, moral, dan kepuasan. Dia mungkin akan mati untuk membela bendera bangsanya dari tangan musuh. Sebuah bendera imigran merupakan simbol kemerdekaan dan kesempatan baru. Simbol bagi kebanyakan orang untuk memakai satu atau dua lambang sebagai simbol. Pelajar menemukan warna sekolah, sekolah dan klub dan lambang keabadian dan sastu jenis lambang yang lain yang mencirikan mereka.

Keempat  katakanlah motivasi. Motivasi adalah bagian penting dari pembelajaran dan sosialisasi. Paling banyak motivasi muncul dari orang lain, kebanyakan budaya dapat memotivasi sangat berbeda satu sama lain. Sementara waktu motivasi muncul pada personal yang lebih tinggi. Ini biasanya akar kebohongan dalam bentuk sumber sosial. Seseorang dilahirkan di dalam sistem sosial keluarga dan keluarga adalah anggota sebuah kelas sosial. Anak menjadi anggota satu atau lebih jenis sistem dan sistem yang lain seperti institusi. Setiap dipusatkan pada akhir, bagaimana akhir dapat dicapai, dan bagaiman pentingnya akhir bisa berakhir. Setiap sistem sosial mempunyai model tingkah laku.

The last but not lastly, orientasi nilai. Setiap masyarakat mempunyai berbeda orientasi nilai yang mana masyarakat mencari untuk memunculkan di dalam proses sosialnya melalui sistem sosial, khususnya sistem pendidikannya. Masyarakat demokrasi mempunyai orientasi nilai yang berbeda dengan masyarakat komunis. Masyarakat kapitalis mempunyai orientasi nilai yang berbeda dengan masyarakat sosialis. Masyarakat pinggiran menyukai untuk menduduki sistem sekolah yang mempunyai orientasi kuat ke depan searah jalan hidup pinggiran. SMU dan Akademi mempunyai orientasi hiburan kuat untuk laki-laki dan orientasi untuk wanita lebih bersifat sosial dari pada liburan.

Semua sistem sosial mempunyai kekuatan berkembang berbeda di dalam proses sosialisasi. Terkadang sekolah dan keluarga lebih bersiifat etnosentris ketika yang lain mencari sebuah orientasi demokrasi liberal, bahkan di dalam masyarakat sederhana, emosi berbeda di implikasikan untuk dicatat.

Di dalam proses sosial banyak jalan dengan banyak faktor yang mempengaruhinya, dengan latar belakang pelajar seharusnya berada di dalam sebuah posisi untuk memakai subjek aplikasi kepada sekolah komplementer dengan keluar dari situasi sekolah. Ini mengingatkan pada sebagian komunitas sekolah yang membuat lebih sistematis pada sosialisasi daripada sistem sosial yang lain dengan kemungkinan pengecualian terhadap keluarga.

_____

Ilustrasi oleh Pixabay.

Komentar